![]() |
Tari Puspanjali (sumber foto martawan) |
DENPASAR – Koreografer tari yang juga pencipta tari Puspajali Swasthi Wijaya Bandem menyatakan dapat memahami keinginan adanya tari kreasi Puspanjali khas yang hendak ditampilkan warga muslim di Bali. Dia bisa memahami, jika selama ini ada yang memainkan tari Puspanjali dengan kostum berbeda.
Sebagai pencipta tari Puspanjali, katanya, dia menyatakan dapat memaklumi penampilan yang berbeda itu, karena kekurang mengertian. Hanya saja sebutnya, masyarakat yang menonton merasa agak aneh, ada penampilan tari Puspanjali yang berbeda dengan penampilan di tempat lainnya.
“Nggak lah, itu bukan pelecehan. hanya kurang faham saja,” kata Swasthi, saat menerima kunjungan tim pengurus Yayasan Pondok Pesantren Bali Bina Insani (Ponpes BBI) dipimpin Direktur Ponpes BBI, Tabanan, Bali, Ketut Imaduddin Jamal di Denpasar, Rabu (18/1/2017).
Dalam kunjungan itu, Jamal menyampaikan kepada Swasthi terkait keinginan mencipta tari Bali dengan kreasi khas muslim Bali. “Kami sudah mendiskusikannya dan akan meminta bantuan koreografer tari Bali, Nyonya Swasthi Bandem untuk mendesainnya,” tutur Jamal.
Apa yang disampaikan Jamal menjawab wartawan terkait kritikan anggota DPD RI asal Bali, Arya Wedakarna kepada Ponpes BBI. Dalam surat undangannya untuk dengar pendapat di Kantor Bupati Tabanan, Kamis (19/1/2017), Wedakarna menyatakan ada aspirasi ummat Hindu, yang menduga Ponpes BBI melecehkan tari Bali.
Jamal menilai Wedakarna salah alamat menyatakan Ponpes BBI melecehkan tari Bali. Kata dia, tarian Bali yakni tari Puspanjali yang disangkakan Wedakarna, urung ditampilkan pada acara kunjungan peserta BDF 2016 ke Ponpes BBI.
Wedakarna tidak hadir dan memang tidak tercatat sebagai yang diundang dalam acara kunjungan peserta BDF itu. Jamal mengatakan, para santri Ponpes BBI ingin menampilkan tarian Bali dalam acara itu, karena rasa cinta dan rasa memiliki terhadap Bali.
Namun karena ada masukan bahwa, tarian Bali harus ditampilkan sesuai pakemnya, maka tari Puspanjali atau tari penyambutan tamu batal ditampilkan. Meski demikian, pihaknya menginginkan ada tari Bali kreasi baru terkait penyambutan tamu, yang sewaktu-waktu bisa tampilkan dalam acara ummat Islam.
“Tentunya pada bagian tertentu disesuaikan dengan keyakinan seorang muslim, tanpa menghilangkan kekhasan Balinya,” demikian Jamal. (rhm).