Tabanan Selamatkan 16.750 Hektar Hutan Kritis

9 Januari 2015, 07:03 WIB
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tabanan Roemi Liestyowati menyebutkan, luas lahan kritis diluar kawasan hutan yang terehabilitasi dari 5.000 ha pada tahun 2011 menjadi 16.750 ha pada tahun 2014.

Kabarnusa.com – Dinilai berhasil dalam tata kelola hutan seperti menyelamatkan hutan kritis membuat Kabupaten Tabanan menorehkan namanya di tingkat nasional menjadi terbaik kedua.

Penghargaan diserahkan perwakilan Kantor Berita Radio (KBR) dan Majalah SWA kepada Pemerintah Kabupaten Tabanan melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tabanan.

Penghargaan lanjut diserahkan kepada Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti, Kamis (8/1/2015) di kantor bupati setempat.

Penghargaan diraih Tabanan adalah berupa plakat Indonesia Green Region Award (IGRA) tahun 2014.

Dimana IGRA sendiri merupakan ajang penghargaan yang diberikan perusahaan media untuk mendorong pemerintah daerah membuat kebijakan yang lebih pro lingkungan hidup dan hutan.

Berdasarkan hasil kerjasama kantor Berita Radio (KBR) dengan Majalah SWA itu, Pemerintah Tabanan dinilai memiliki kebijakan yang pro dan peduli atas keberlangsungan lingkungan hidup dan tata kelola hutan.

Apalagi, kenyataan Indonesia sebagai paru-paru dunia, nanun dengan kerusakan hutan terbesar ketiga di dunia.

Di Tabanan sendiri, isu strategis yang dihadapi dalam tata kelola kehutanan, meliputi deforestasi pada kawasan hutan, degradasi.

Juga, kerusakan lingkungan dan menurunnya daya dukung daerah aliran sungai (DAS) pada kawasan hutan dan luar kawasan hutan, global warming hingga climate change.

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tabanan Roemi Liestyowati menjelaskan, tata kelola hutan dilakukan adalah jumlah sumber air yang dilindungi mengalami peningkatan.

Dari 5 unit seluas 50 ha pada tahun 2012, menjadi 15 unit seluas 150 ha pada tahun 2014.

Juga, Luas sempadan sungai, danau, pantai yang terehabilitasi juga mengalami peningkatan. Dari 1 ha pada tahun 2011 menjadi 10 ha pada tahun 2014.

Luas lahan kritis diluar kawasan hutan yang terehabilitasi dari 5.000 ha pada tahun 2011 menjadi 16.750 ha pada tahun 2014.

Jumlah gangguan keamanan hutan berkurang dari 23 kasus pada tahun 2011 menjadi 15 kasus pada tahun 2014. Hingga jumlah hutan kota yang terpelihara secara optimal adalah 3 unit pada tahun 2014.

“Keberhasilan yang kita raih ini tidak terlepas dari peran aktif dari masyarakat, serta manajemen kehutanan yang diharapkan mampu menciptakan suatu sense of belonging yang tinggi atas hutan,” jelasnya.

Prestasi ini membuat Bupati Eka bangga. Pasalnya penghargaan ini merupakan ajang pembuktian untuk mengukur keberhasilan pembuatan kebijakan dalam bidang lingkungan hidup.

Kompetisi ini bukan sekedar mengukur hasil yang tampak, namun juga menggali hingga tahap penyusunan kebijakan, perencanaan, penganggaran dan transparansi. “Kompetisi ini adalah sarana memicu pembuat kebijakan yang lebih baik lagi.

“Saya ingin terus mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam menjaga hutan, Karena hutan merupakan paru-paru dunia,” pungkasnya. (gus)

Berita Lainnya

Terkini