Tahun Politik, Banyak Media Jadi Corong Lembaga Survei

16 November 2018, 20:57 WIB

JAKARTA – Memasuki tahun politik banyak media yang belum bisa menjalankan fungsi independensinya dengan menjadi corong lembaga survei tentang elektabilitas partai atau kandidat tertentu. Di tahun politik saat ini sudah pasti akan banyak lembaga yang akan merilis hasil survei mereka.

Lembaga survei membutuhkan media tidak sekadar menyebarkan informasi tentang hasil riset mereka, namun juga bisa mempengaruhi opini publik, yang menjadi salah satu strategi untuk memenangkan klien mereka.

Karena itulah, media massa dan Lembaga survei, menjadi dua entitas yang saling membutuhkan. Sayangnya, saat ini beberapa media seringkali hanya menjadi corong dari lembaga survei. Media hanya menyajikan informasi yang diterima dari press release, dan kemudian mentah mentah disajikan menjadi sebuah berita.

“Jarangkali media bersikap kritis atas sajian survei yang diberikan, terlebih saat survei tersebut memaparkan tentang tingkat keterpilihan (elektabilitas) kandidat ataupun partai tertentu,” kata Sekretaris AJI Jakarta Afwan Purwanto kepada wartawan, Jumat (16/11/2018).

Karena itulah, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta bekerjasama dengan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (PERSEPI) menggelar workshop untuk jurnalis.

Workshop dilaksanakan di Kantor CSIS Gedung Pakarti, jalan Tanah Abang III Jakarta Pusat dan diikuti 40 jurnalis dari sejumlah media nasional. Afwan mengatakan, Workshop ini digelar untuk memberikan bekal kepada para jurnalis dalam menghadapi pemilihan umum 2019.

Karena itulah, butuh suatu pedoman dan panduan yang jelas, agar media tetap mampu mengemban amanah sebagai pihak yang netral dan selalu mengutamakan kepentingan publik.

Untuk itulah jurnalis dan editor yang biasa menulis hasil survei perlu diberikan bekal pengatahuan tentang metodologi survei, teknik pengambilan sampel, kode etik lembaga survei dan teknik penulisan.

Publik sebaiknya tidak sekedar disuguhi angka-angka yang menunjukkan tingkat popularitas dan elektabilitas seseorang atau partai, tapi lebih jauh dari itu, publik juga sebaiknya diberikan informasi secara utuh bagaimana sebuah proses penelitian

itu dilakukan.

“Media diharapkan bisa berperan sebagai pencerah dan pendidik, sehingga publik bisa melek politik,” imbuh Afwan.

Workshop menghadirkan pemateri yakni: Direktur Eksekutif CSIS Philip J Vermonte, Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi, Direktur SMRC Deni Irvani, Anggota Dewan Etik Persepi Prof. Hamdi Muluk dan Peneliti Litbang Kompas Yohan Wahyu. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini