![]() |
Radikalisme, tidak hanya soal agama namun juga bisa menjalar masuk melalui adat istiadat. |
Kabarnusa.com – Semua pihak diingatkan akan bahaya Radikalisme yang tidak hanya soal isu agama namun bisa menjalar lewat adat istiadat sehingga bakal mengancam keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia.
Karenanya, pengaruh Radikalisme harus dibendung bersama-sama semua lapisan masyarakat. Jika dibiarkan berkembang sangat berbahaya dan merusak tananan kehidupan beragama.
Demikian mengemuka dalam diskusi kebangsaan bertajuk “Menangkal Radikalisme di Kalangan Remaja Melalui Media Sosial” yang digelar media online Suaradewata.com, di Warung BE – Jawa Tabanan, Kamis (2/4/2015).
Diskusi menghadirkan tiga orang pembicara yakni Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Denpasar Rofiqi Hasan, Kapolres Tabanan diwakili kasatintelkam AKP Satriko Edison Saragih dan Kadisdik Pemkab Tabanan I Putu Santika.
Sementara peserta dalam kegiatan tersebut yakni para siswa-siswa SMA di Tabanan, awak media dan umum.
Dalam paparannya, Rofiqi mengilai faham radikalisme kini sudah tidak asing lagi di media sosial.
Untuk itu pihaknya berharap masyarakat utamanya kaum muda bisa membawa diri serta menyaring setiap informasi yang diterima.
“Harapan kami masyarakat bisa menyaring setiap pemberitaan di media sosial, terlebih jika informasi itu kembali disebarkan ke orang lain,” tutur jurnalis Tempo itu.
Meski demikian pihaknya juga tidak setuju dengan pemblokiran setiap situs-situs berbau agama terntentu.
“Kami setuju situs radikalisme diblokir, namun jika pemblokirannya tidak selektif tentunya ami menyayangkan, harusnya ada seleksi dan pengkajian yang mendalam sebelum diblokir, bukan main blokir saja,” katanya mengingatkan.
Senada diungkapkan Kasatintel Polres Tabanan Satriko, bahwa Radikalisme, tidak hanya soal agama namun juga bisa menjalar melalui adat istiadat.
Untuk itu diperlukan peran serta semua pihak. “Pengaruh radikalisme kalau dibiarkan akan terus berkembang akan sangat berbahaya bagi keutuhan NKRI,” tandasnya.
Kadisdik Pemkab Tabanan, Putu Santika lebih menekankan pada kesiapan mental para siswa dalam menghadapi arus globalisasi dan kemajuan teknologi agar tidak terkontaminasi pengaruh radikalisme seperti ISIS.
Perkembangan zaman saat ini, diperlukan bagaimana upaya membentengi generasi muda dari pengaruh radikalisme tersebut.
“Salah satu strategi kami bagaimana kita menjadikan sekolah itu sebagai rumah kedua, serta bagaimana mengemas kegiatan anak didik mengarah pada hal-hal yang positif,” paparnya.
Acara diskusi ditutup penyerahan hadiah dengan total Rp. 10 juta kepada tujuh pemenang lomba video kebangsaan yang digelar di media online pada bulan Pebruari hingga akhir Maret lalu. (gus)