![]() |
Ketut Gede Jiwa Artana memperoleh penghargaan dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan(foto:istimewa) |
TABANAN – setelah empat tahun melakukan penangkaran burung Curik Bali Ketut Gede Jiwa Artana memperoleh penghargaan dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dr Ir Siti Nurbaya, M.Sc.
Artana bersama Kelompok Penangkar Kicau Bali menangkarkan Jalak Bali mendapatkan sambutan positif Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Penghargaan diterima Artana dalam peringatan Hari Konservasi Alam Nasional yang berlangsung di Taman Nasional Bali Barat pada Rabu (10/8/2016).
Kategori penghargaan, adalah Penangkar dalam Upaya Konservasi Curik Bali.
Artana bersyukur penghargaan tersebut sekaligus menjadi motivasi bagi dirinya bersama Kelompok Penangkar Kicau Bali untuk terus menangkarkan dan mengembangbiakkan burung Jalak Bali yang statusnya dilindungi karena terancam perburuan liar.
Dia menceritakan, upaya penangkaran dilakukan sejak 2012 lalu. Berawal dari satu pasang burung Jalak Bali yang dibeli di Solo, Jawa Tengah. Untuk membeli sepasang burung tersebut, dia sampai harus menjual seekor sapi yang harganya sekitar Rp 15 juta.
“Mengawalinya saat itu sangat berat. Saya sampai harus jual sapi,” tuturnya.
Dalam perjalanannya, sepasang ekor burung Jalak tersebut kemudian berkembang menjadi empat pasang. Di titik ini, upaya penangkaran yang dilakukannya masih belum mudah.
Bagaimana tidak, dia harus menyiapkan kandang yang ideal bagi burung Jalak Bali hasil tangkarannya. Sehingga untuk menyiapkan kandang di tahap awal, dia harus meminjam uang ke bank.
“Syukurnya saat itu kami didukung Pak Ketut Suryadi, Ketua DPRD Tabanan. Akhirnya sedikit demi sedikit upaya penangkaran ini berjalan. Bahkan, dari Pemkab Tabanan kami dihibahkan dua pasang burung Jalak Bali yang kemudian berkembang jadi tiga pasang,” imbuhnya.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali juga memberikan motivasi untuk terus melakukan penangkaran.
Sehingga, tempat penangkaran burung miliknya kini berkembang terus. Bahkan, kandang tempat perkawinan burung Jalak Bali yang semula dari bahan yang sederhana seperti triplek berubah menjadi lebih representatif lagi.
“Untuk burungnya sendiri sudah mencapai sekitar dua ratusan ekor. Indukan saja ada 50 pasang dan anakan 50 pasang juga,” ungkapnya.
Berkat kegigihannya Artana bersama kelompoknya diikutsertakan sebagai Kader Konservasi yang tujuannya mengajak masyarakat luas untuk ikut melakukan konservasi.
Beberapa kali tempat Kelompok Penangkar Kicau Bali dijadikan lokasi pelatihan PSKL (Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan). (gus)