Teropong Niskala, Inilah Penyebab Gunung Agung Murka

14 Oktober 2017, 09:40 WIB
Gunung Agung di Kabupaten Karangasem/foto:pvmbg bg kesdm

BULELENG – Berdasar teropong niskala atau secara dunia gaib dari Jro I Ketut Wedra pemuka Hindu asal Kabupaten Buleleng kemarahan Gunung Agung saat ini disebabkan ulah manusia yang dinilai tidak pernah berterima kasih kepada alam dengan membuat kekotoran.

Seperti diketahui Jro Wedra sembari membawa air suci telah melakukan ritual ke sejumlah pura-pura penting di Bali termasuk menggelar upacara di kaki Gunung Agung.

Menurut Jro Wedra, alasan Ida Ratu Agung Lingsir Geni Angkasa yang bersemayam di Gunung Agung yang berstatus Awas itu kini marah, karena radius 12 kilometer di bawah kaki Gunung Agung dianggap tidak pernah menyatakan terima kasih atas anugerah yang diberikan oleh Gunung Agung.

Mereka yang dianggap tidak tahu berterima kasih seperti ditunjukkan dengan sikap melakukan penggalian dan mengambil pasir-pasir muntahan Ide Ratu pada tahun 1963.

Yang kedua, lanjut Jro Wedra, bahwa Ida Ratu Agung Lingsir Geni Angkasa marah karena selama ini para pendaki pernah melakukan dan mengotori kesucian Ida Ratu Agung Lingsir Geni Akasa.

“Yang dimaksud mengotori itu ya, pendaki itu pernah melakukan hubungan seksual yang tidak sah (bukan suami istri) di Gunung Agung. Ini alasan kedua yang membuat beliau marah. Tetapi sekarang beliau sudah berjanji tidak akan meletus,” terangnya kepada wartawan belum lama ini

Setelah segala prosesi upacara terakhir di gelar di Pura Gelap rombongan yang lebih dari 8 orang dengan membawa 1 mobil sajen itu, kembali ke Buleleng dengan situasi cuaca sangat terang hingga sampai di kawasan Pura Penelokan Kecamatan Kintamani.

Segala mandat dari Ida Ratu Agung Geni Akasa juga telah dilaksanakan hingga terakhir segala sesajen sisa upacara harus di lepas di Pura Penimbangan Buleleng menurut pesan terakhir yang didapat di Pura Gelap.

Sebelumnya, Jro Medra mengaku mendapat pawisik untuk mengambil air di Pura Sad Khayangan Jagat yang ada di Bali.

Semua itu dilakukan karena isi dari pawisik itu berkaitan Gunung Agung, bahwa Ide Ratu Agung Lingsir Geni Akasa sedang murka/marah. Karenanya prosesi upacara itu harus segera digelar kesana karena dia diberikan batas sampai 9 oktober yang kemudian dilaksanakan lebih awal.

Hingga kini, status Gunung Agung pada level IV atau Awas di mana pemerintah meminta daerah di sekitar kawasan rawan bencana (KRB) agar dikosongkan dari aktivitas warga. (gde)

Berita Lainnya

Terkini