Tiga Alasan Kuat Muhammadiyah Dirikan SPPG ‘Aisyiyah di Bantul: Membangun Generasi Qurrata A’yun

Muhammadiyah kembali menegaskan komitmennya dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia

13 November 2025, 21:41 WIB

Bantul– Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah kembali menegaskan komitmennya dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui peresmian Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) ‘Aisyiyah di Kasihan, Bantul, pada Kamis (13/11/2025).

Fasilitas yang dibangun atas sinergi dengan Yayasan Hati Ikhlas Indonesia ini bertujuan untuk mengatasi persoalan gizi pada anak-anak di Kabupaten Bantul.

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengungkapkan tiga pilar utama yang mendasari keterlibatan aktif organisasi dalam program gizi, yang kini telah memiliki 150 unit SPPG dan akan terus bertambah.

Haedar Nashir menekankan isu gizi adalah persoalan fundamental yang menentukan masa depan bangsa.

“Dalam pandangan Islam, kita ingin melahirkan qurrata a’yun (generasi yang menyejukkan mata), bukan dzurriyatan dhi’afa (generasi yang lemah). Masalah gizi anak erat kaitannya dengan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat,” jelas Haedar.

Ia menyoroti kualitas gizi yang rendah, terutama di keluarga menengah ke bawah, berdampak signifikan pada perkembangan fisik dan psikologis anak.

Lebih lanjut, Haedar juga menyinggung rendahnya rata-rata IQ anak Indonesia yang mencapai 78,59 sebagai refleksi nyata kondisi sosial yang harus segera diperbaiki.

“Cara bisa banyak, tapi tujuan satu: menyehatkan generasi bangsa. Kalau ada kesalahan, kita koreksi dengan tindakan nyata, bukan sekadar bicara,” tegasnya.

Dia menegaskan,Muhammadiyah tidak ingin terjebak dalam polemik politik, melainkan beraksi nyata.

Selain kesehatan, program SPPG juga dirancang untuk menggerakkan ekosistem ekonomi rakyat.

“Ekosistem ekonomi rakyat, terutama UMKM, harus menjadi bagian dari program ini. Jika hanya dikuasai kelompok besar, Muhammadiyah hadir dengan alternatif solusi nyata,” ujar Haedar.

Dampak ekonomi ini diamini oleh Ketua Yayasan Hati Ikhlas Indonesia, Mohammad Arsjad Rasjid, yang menyampaikan dukungan penuh.

Arsjad menekankan pembangunan SPPG menciptakan rantai pasok lokal yang melibatkan peternak, petani, hingga pelaku usaha kecil di sekitar lokasi.

“Jadi, SPPG tidak hanya untuk anak-anak, tapi juga menggerakkan ekonomi masyarakat sekitar,” pungkas Arsjad.

Ia menambahkan kesehatan adalah fondasi utama, sebab “Kalau anak-anak tidak sehat, bagaimana mereka bisa belajar dengan baik? Mereka adalah calon pemimpin bangsa di masa depan.”

Alasan ketiga dan paling mendasar adalah panggilan keagamaan yang berakar dari teologi Al-Ma’un, sebuah semangat untuk melayani dan memberdayakan kaum yang membutuhkan.

SPPG Muhammadiyah – ‘Aisyiyah menjadi wujud nyata semangat mencerahkan, memberdayakan, dan memajukan masyarakat,” imbuh Haedar.

Keterlibatan Muhammadiyah dalam isu gizi ini terbilang progresif, menjadi organisasi masyarakat pertama yang menandatangani nota kesepahaman dengan Badan Gizi Nasional (BGN) bahkan sebelum programnya diluncurkan.

Haedar juga mencontohkan fasilitas SPPG di Universitas Muhammadiyah Surakarta yang sempat membuat Kepala BGN terkesan, membuktikan keseriusan dan kualitas fasilitas yang dibangun.

Peresmian SPPG ini menegaskan bahwa Muhammadiyah melihat masalah gizi bukan hanya sebagai isu kesehatan, tetapi sebagai gerbang menuju lahirnya generasi emas Indonesia yang kuat fisik, cerdas akal, dan berdaya secara ekonomi.***

Berita Lainnya

Terkini