Tiga Kunci Pengembangan Ekonomi Syariah Bali Menurut Bank Indonesia

Edukasi dan literasi ekonomi syariah secara berkelanjutan penting untuk membumikan prinsip ekonomi syariah di masyarakat agar mudah dipahami

30 Juli 2025, 07:53 WIB

Denpasar – Bank Indonesia (BI) menekankan tiga pilar utama dalam mengakselerasi pengembangan ekonomi syariah, yang dinilai memiliki potensi besar untuk menopang pertumbuhan ekonomi inklusif dan kesejahteraan masyarakat.

Hal ini disampaikan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, R. Erwin Soeriadimadja, pada Training of Trainer ToT Ekonomi Syariah di Bali Internasional Management (BIM) Space di Denpasar Selasa 29 Juli 2025.

Dalam acara yang dibuka Erwin Soeriadimadja dilanjutkan diskusi menghadirkan Ekonom Ahli Bank Indonesia Henry Nosih Saturwa, Sekretaris MUI Bali yang juga Rektor BIM Ismoyo serta Ketua Badan Wakaf Indonesia BWI Provinsi Bali Abu Siri.

Menurut Erwin, langkah pertama yang krusial adalah edukasi dan literasi ekonomi syariah secara berkelanjutan.

“Ini menjadi bagian penting untuk membumikan prinsip ekonomi syariah di masyarakat agar bisa mudah dipahami dan diterima sebagai kebijakan yang universal, serta bagian dari prinsip kebermanfaatan ekonomi yang sangat luar biasa,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa industri halal kini telah bertransformasi menjadi ruang pengembangan ekonomi yang melampaui batasan agama, bahkan negara seperti Tiongkok, Amerika Serikat, Brasil, dan Korea telah berhasil mengekspor produk syariah hingga miliaran dolar.

Pilar kedua adalah pemberdayaan ekonomi syariah melalui implementasi nyata. Ini mencakup dukungan terhadap pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta pengembangan kapasitas keuangan dan industri ekonomi syariah. Inisiatif ini diharapkan dapat menjadi contoh konkret keberhasilan pengembangan ekonomi syariah di lapangan.

Terakhir, Erwin menyoroti pentingnya sinergi dan kolaborasi antara pemerintah, perbankan, dan lembaga terkait. Wujud nyata sinergi ini terlihat dalam dukungan terhadap sertifikasi halal UMKM dan kerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) serta lembaga terkait lainnya.

Erwin menekankan bahwa konsep ekonomi syariah pada dasarnya bersifat inklusif dan bukan hanya untuk agama tertentu, melainkan sebagai pilihan universal yang terbuka bagi semua. Oleh karena itu, dukungan kuat diperlukan untuk mendorong pengembangan ekonomi syariah ini.

Bank Indonesia sendiri berkomitmen penuh dalam mendukung pengembangan ekonomi syariah sebagai upaya memperkuat struktur ekonomi dan pasar keuangan berkualitas.

Peran BI dalam hal ini meliputi tiga aspek: sebagai Akselerator melalui koordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mendorong percepatan program ekonomi dan keuangan syariah (seperti halal value chain, kurikulum ekonomi syariah, dan kampanye publik); sebagai Regulator dengan merumuskan dan menerbitkan ketentuan sesuai kewenangan; serta sebagai Inisiator dalam memprakarsai inovasi program, termasuk pengembangan Islamic social finance.

Dengan kebijakan terpadu ini, diharapkan ekonomi syariah tidak hanya memberi daya dukung bagi pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menciptakan stabilitas dan pada akhirnya berkontribusi pada terciptanya kesejahteraan masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Dalam kesempatan itu, Henry Nosih Saturwa mengungkapkan perkembangan ekonomi syariah secara global terutama di negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam OKI, termasuk Indonesia. Indonesia tahun 2025 mencatat pertumbuhan ekonomi tertinggi 5,1 persen.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia melampaui Arab Saudi 4,6 persen, dan Malaysia 4,4 persen,” ulas alumnus Institut Pertanian Bogor  ini.

Diperkirakan pertumbuhan ekonoi negara-negara yang berhimpun di OKI akan terus meningkat seperti Indonesia. Selain pertumbuhan ekonomi peningkatan terjadi juga aset keuangan syariah global tahun ini mencapai 7,53 USD, di mana Indonesia menempati posisi keenam dunia.

Dari jumlah itu, transaksi secara global tahun 2023/2024 lalu berdasar data KEKSI Bank Indonesia (2025) transaksi muslim global didominasi sektor makanan dan minuman serta industri fashion.

Bahkan secara pasar global terjadi kompetisi pasar ekonomi syariah global seperti Tiongkok dengan ekspor baju muslim tertinggi, Inggris sebagai pusat keuangan syariah, UAE Dubai sebagai Ibu Kota Ekonomi Syariah, Korea sebagai Destinasi Utama Pariwisata Halal hingga Australia sebagai pemasok daging sapi halal terbesar ke Timur Tengah.

Kata Henry Nosih Saturwa, sejumlah faktor pendorong ekonomi syariah global berkembang yakni;pertumbuhan penduduk  muda muslim yang tertinggi, pertumbuhan ekonomi syariah tertinggi dan tercepat, negara-negara OKI memfokuskan pada pasar produk halal serta nilai-nilai etika Islam yang mendasari pasar bisnis dan lifestyle. ***

Bank Indonesia, lanjut Henry Nosih Saturwa, dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional dengan memperkuat ekonomi dan keuangan syariah. Langkah dan strategi Bank Indonesia antara lain, peningkatan posisi keuangan syariah Indonesia di kancah global.

Kemudian, peningkatan peran  keuangan sosial syariah dalam rangka pengentasan kemiskinan dan pengurangan ketimpangan sosial ekonomi. Selain itu, penguatan ekosistem industri halal utamanya produk makanan minuman, fesyen muslim, industri komestik, obat-obatan, pariwisata dan ekonomi kreatif.

“Keempat penguatan regulasi, kelembagaan ekonomi dan keuangan syariah serta infrastruktur ekonomi dan keuangan syariah,” tandas alumnus S2 Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto ini.

Pihaknya berharap melalui edukasi, literasi ini masyarakat memiliki pemahaman yang benar tentang konsep ekonomi syariah a sebagai kebijakan yang universal  dan media atau media sosial bisa membantu menggaungkannya secara luas. ***

 

 

 

Berita Lainnya

Terkini