Kabarnusa.com – Liburan akhir pekan Kabupaten Banyuwangi menggelar Using Culture Festival, yang menampilkan tradisi agraris suku Using dalam pembuatan gula aren. Festival ini digelar di Desa Banjar, Kecamatan Licin Banyuwangi Sabtu (7/5/2016).
Festival menampilkan proses pembuatan gula aren (sugar brown) dari air pohon nira (enau) yang dimulai dari proses penyadapan, pengolahan sampai pengolahan gula aren menjadi berbagai aneka makanan dan minuman.
Diketahui, Using merupakan suku asli Banyuwangi. Saat festival berlangsung, Desa Banjar yang biasanya asri dan sunyi berubah menjadi ramai.
Ratusan wisatawan yang penasaran hadir melihat langsung proses pengolahan air nira di desa yang terletak di kaki Gunung Ijen.
Di sepanjang jalan, rumah-rumah warga menyuguhkan jajanan khas desa yang berbahan dasar gula aren yang merupakan hasil olahan nira. Misalnya saja Bolu Kuwuk, Jenang Procot, Iwel-Iwel, kulupan sawi (singkong yang dibalut gula aren).
Semuanya manis. Tidak ketinggalan suguhan kopi pahit yang diminum dengan gigitan gula aren. Istimewa.
Pengunjung juga bisa melihat langsung proses pemasakan air nira menjadi gula aren dalam gubug-gubung yang berderet di sepanjang jalan. Hawa memang terasa panas karena proses pemasakannya tradisional menggunakan tungku kayu besar. Tapi pengalaman ini dijamin tak akan terlupakan.
Salah satu pengunjung asal Spanyol, Paula Gracia (22) asyik mengambil gambar proses pembuatan sugar brown ini.
Menurut Paula prosesnya ini sangat menarik bagi dia karena tidak ditemui di negara asalnya.
“Ini pertama kalinya saya melihat proses pembuatan sugar brown. Very local dan sangat menarik. Saya sangat terkesan dengan yang ada disini,”ujarnya dikutip dalam laman banyuwangikab.go.id.
Bukan hanya menikmati, Paula pun mencoba setiap olahan gula aren ini. “Nice, I like it,” cetusnya.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan Using Culture Festival menjadi even yang spesial karena idenya berasal dari inisiatif warga Desa Banjar, Kecamatan Licin, Banyuwangi.
Tradisi menyadap nira yang berlangsung turun temurun dengan semua prosesnya, menurut dia, ternyata mampu disuguhkan menjadi sebuah atraksi wisata yang menarik dan unik.
“Ini membuktikan masyarakat mempunyai konsep, kreativitas, dan memiliki harapan untuk memajukan desanya. Dengan digelarnya festival ini, menjadi modal yang kuat bagi desa Banjar untuk bertransformasi menjadi desa wisata, apalagi masyarakatnya ramah-ramah, alamnya juga sangat indah, dan masih dalam satu jalur Ijen,” kata Anas saat membuka Osing Culture Festival. (des)