Tunggu Operasi, Kadek Yoga Balita Hidrosefalus Butuh Uluran Tangan

23 Desember 2016, 18:03 WIB
bayi%2Bperadah
I Kadek Yoga Pranata saat dipangku  Ibunya Ni Ketut Novi Antari  (foto:istimewa)

DENPASAR – I Kadek Yoga Pranata bocah usia lima bulan penderita hidrosefalus asal Banjar Dinas Abang Kaler, Desa Abang, Karangasem itu terlantar lantaran belum bisa melakukan operasi  di RS Sanglah, Denpasar, Kamis (22/12/16).

Sayangnya, putra pasangan Wayan Naya dan Ni Ketut Novianti hingga kini terkendala biaya untuk biaya operasi. “Kata petugas di Sanglah kamar sudah penuh. Nanti, akan dihubungi rumah sakit jika kamar sudah tersedia,”kata Naya usai datang dari RS Sanglah kepada wartawan.

Naya bercerita, datang ke RS Sanglah untuk operasi pukul 08.30 Wita.Ia berharap, derita buah hatinya, bisa tertangani segera dengan tindakan medis. Hingga pukul 13.30, tak ada kabar baik yang didapat oleh Naya dari Rumah Sakit selain kamar penuh.

Dikatakan, kamar penuh sehingga pasangan ini memutuskan kembali ke kos-kosan. Buruh proyek yang tinggal di Batubulan, Gianyar tersebu, mengaku sudah putus asa terhadap keberadaan putra keduanya tersebut.

Awalnya, diminta uang Rp 10 juta oleh pihak RS  Sanglah sebelumnya. “Saya tidak mampu.” jawab lulusan SMP itu. Derita buah hatinya berawal saat berumur 20 hari. Saat itu, kepala Yoga tertimpa sanggaran (tempat sembahyang dari kayu yang berada di dalam kamar).

Bocah malang itu, sempat pingsan selama 15 menit yang kemudian dilarikan ke Puskesmas Abang. Dari pemeriksaan Puskesmas setenpat, dikatakan tidak terjadi apa-apa hanya luka gores pada dahi dan pelipis mata.

Tak berselang lama, setelah itu kepala Yoga terus membesar. Bahkan Yoga kejang secara tiba-tiba sehingga diperiksakan ke Bidan dan dirujuk ke UGD Karangasem. Hasil Diagnosa, Yoga mengalami pendarahan di otak sehingga dirujuk ke RSUP Sanglah.

“Di sanglah anak saya dirawat 29 hari, dan 8 hari pertama terus tidak sadarkan diri,” tuturnya. Diriya disarankan operasi namun menolak karena tidak punya biaya. Menurut dokter alat-alat operasi dan obat-obatan yang tidak ditanggung oleh JKBM mencapai Rp 10 juta rupiah.

“Akhirnya saya disuruh pulang oleh dokter, pas pulang juga dikenakan biaya Rp1,3 juta katanya ada obat yang tak ditanggung JKBM,” jelasnya. Karena kesehatan putranya kini semakin buruk, dari konsultasi dengan dokter di RSUP Sanglah diminta untuk segera operasi. Disarankan agar Kamis (22/12) datang, untuk operasi namun nyatanya saat ke Sanglah kamar dikatakan sudah penuh.

Ketua Dewan Pimpinan Kabupaten (DPK) Perhimpunan Pemuda Hindu (Peradah)  Indonesia Karangasem I Wayan Budiasa yang menggelar aksi donasi ke jalan bersama dengan organisasi lainnya di Karangasem, kemarin  mengaku kecewa dengan pihak rumah sakit Sanglah.

Ia menilai  gembar-gembor kesehatan gratis ala Pemerintah  pada realitanya masih setengah hati. Apalagi, pasien dari latarbelakang kurang mampu rentan di pingpong dengan berbagai alasan adminitrasi dan teknis di RS

Pihaknya mendesak, Pemprov Bali maupun Pemkab  Karangasem untuk segera menyikapi hal itu. Jangan sampai sang bayi tidak tertolong karena alasan klasik rumah sakit terbesar di Bali itu. (rhm)

Artikel Lainnya

Terkini