Kabarnusa.com, Denpasar – Ide Ketua Perhimpunan Pergerakan Indonesia, Anas Urbaningrum, mencawapreskan Susilo Bambang Yudhyono guna mengatrol suara Partai Demokrat tak layak diapresiasi. Logika pencawapresan SBY dinilai sesat dan akal-akalan semata.
Menurut pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Ahmad Bakir Ihsan, meskipun secara hitung-hitungan logika (akal-akalan) bisa menjelaskannya, namun secara etika politik sangat tak layak.
Terlebih SBY sendiri sudah memutuskan untuk tak “berpolitik” termasuk istri dan anaknya, dalam kontestasi kepemimpinan nasional pada 2014.
Sosok SBY mungkin masih bisa “dijual” dibandingkan peserta konvensi Partai Demokrat.
“Namun dalam politik tak cukup hanya dengan menjual demi kekuasaan, tapi ada fatsun (kepatutan) dan etika politik yang harus dipertimbangan,” kata Bakir dalam keterangan tertulisnya kepada kabarnusa.com, Jumat (5/12/2013).
Kepentingan menaikkan elektabilitas kata Bakir, harus tetap memperhatikan etika dan kepatutan berpolitik. Aspek inilah yang sering diabaikan oleh politisi.
Demi elektabilitas, etika bahkan aturan main diabaikan. Hal ini bisa dilihat dari iklan partai dan pribadi untuk kepentingan politiknya di luar jadwal kampanye.
Ranah publik dipertontonkan oleh pelanggaran secara telanjang justru oleh para calon pemimpin negeri ini baik untuk legislatif maupun eksekutif (capres).
Ini sebuah teladan buruk yang akan menyuburkan pembangkangan rakyat karena elitnya berperilaku buruk dan menyimpang.
“Ide pencawapresan SBY. Walaupun SBY punya peluang untuk itu, tapi sebagai presiden, SBY bisa memberi contoh cara berpolitik yang santun,” kata penulis beberapa buku tentang SBY itu.
Semangat pembatasan jabatan presiden dua periode dalam konstitusi paling tidak memiliki tiga tujuan.
Pertama, agar kekuasaan tidak absolut, kedua, agar ada sirkulasi dan regenerasi kekuasaan antar warga negara, dan ketiga, agar tak ada kultus personal.
Mengajukan pencawapresan SBY, apa pun alasannya, sama dgn mengingkari semangat konstitusi dalam membatasi periode presiden.
Karena itu, pilihan dan keputusan SBY menutup ruang bagi keluarga (istri dan anaknya) untuk masuk dalam gelanggang kontestasi kepemimpinan nasional 2014 adalah keputusan yang sangat tepat.
“Justru logika pencawapresan SBY adalah sesat dan akal-akalan,” tutup pria asal Madura, Jawa Timur itu. (rma)