![]() |
Wakil Bupati Tabanan Komang Gede Sanjaya saat menyaksikan Ngaben massal di Setra Adat Nyitdah Kediri |
TABANAN – Proses Ngaben massal yang dilakukan bergotong royong sudah biasa dilakukan umat Hindu namun ngaben massal assal Ida Rsi Nabe Sinuhun, Griya Babut, Banjar Sengguan, Nyitdah, Kediri lain dari biasanya hingga sontak membuat Wakil Bupati Tabanan Komang Gede Sanjaya terkaget.
Bagi Sanjaya, pelaksanaan Ngaben (Pitra Yadnya) secara bergotong-royong atau ngaben massal oleh Masyarakat Tabanan, selalu mendapat apresiasi pemerintah. Alasannya, sesuai Visi dan Misi Kabupaten Tabanan yakni meringankan beban masyarakat menuju Tabanan yang Sejahtera, Aman dan Berprestasi.
Menurut Sanjaya, ngaben massal yang dilakukan secara gotong-royong sudah tentu dapat meringankan beban masyarakat dan apresiasi wajib diberikan.
“Untuk itu, Tiang hadir ditengah-tengah masyarakat agar bisa secara langsung menyaksikan prosesi pengabenan. Sebagai bentuk apresiasi semangat gotong-royong yang telah ditunjukkan oleh masyarakat”, ucapnya, Minggu (15/10/2017).
Meski sudah beberapa kali menghadiri ngaben massal, kali ini Sanjaya dibuat kaget saat mendatangi setra Desa Adat Nyitdah pada prosesi Ngaben Massal Ida Rsi Nabe Sinuhun, Griya Babut, Banjar Sengguan, Nyitdah, Kediri yang diikuti 110 diri Sawa Prenawa dan Sawa Preteka serta 57 diri Ngelungah.
Dirinya mengaku terkejut melihat prosesi pengabenan di Nyitdah berbeda dibandingkan dengan Desa-Desa lainnya yang ada di Tabanan. Bahkan, prosesi seperti ini baru pertama kali dilihatnya
“Ngaben ini sangat unik, Tiang baru pertama kali menyaksikan Ngaben seperti ini. Ini sangat berbeda dari Daerah lainnya di Tabanan yang pernah saya kunjungi. Mungkin ini sudah merupakan tradisi dari Desa Adat Nyitdah,” tuturnya.
Hal itu diamini Panitia Acara. I Gede Putu Darmayasa selaku Ketua Panitia menuturkan prosesi Nagaben ini memang berbeda dari daerah lainnya yang ada di Tabanan.
“Setelah prosesi pembakaran, masyarakat di sini khususnya mempunyai sawa akan melanksanakan kegiatan mekemit (menginap) di setra. Keesokan harinya dilakukan upacara Ngirag, setelah itu baru dilakukan prosesi penghanyutan,” tuturnya.
Lewat prosesi di setra adat Nyitdah. Upacara Sawa Preteka keni dengan iuran Rp. 6 juta, Sawa Prenawa keni Rp. 5 juta dan ngelungah Rp. 500 ribu”. Pengabenan ini merupakan inisiatif dari pihak Griya Babut. Setiap ada pihak keluarga Griya yang Lebar (meninggal), menyiapkan upacara pitra yadnya.
“Tinggal kami sebagai panitia menyampaikan ke warga ataupun semeton kapan kita melaksanakan upacara tersebut. “Kita bersurat ke wargi yang ada di beberapa kabupaten di Bali temasuk wargi Nyitdah. Nika yang tiang sampaikan, ada respon kita kumpulkan bersama, kita bangun upacara Pitra Yadnya seperti ini,” jelas dia.
Pengabenan seluruh warga Nyitdah yang mempunyai sawa dan ada juga dari luar Desa dan luar Kabupaten. Di luar desa ada dari Klating dan Tegal temu, luar kabupaten ada dari Singaraja dan Negara.
Total anggaran Upacara Pitra yadnya ini mencapai Rp. 800 juta. Dana bersumber dari iuran warga yang mempunyai sawa, bantuan pihak lain, pihak Griya dan tentunya dari Pemerintah Kabupaten Tabanan. (gus)