Yogyakarta – Menyambut momentum libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025, Kota Yogyakarta bersolek demi memanjakan jutaan pasang mata wisatawan yang diprediksi akan memadati Kota Pelajar.
Melalui program city beautification, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta mengubah sudut-sudut strategis kota menjadi instalasi seni visual yang ikonik dan sarat akan nuansa perayaan.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Wahyu Hendratmoko, mengungkapkan sentuhan estetika ini difokuskan di area-area ikonik. Koridor Jalan Suroto akan dipercantik dengan ornamen Natal yang hangat, sementara enam titik di kawasan Sumbu Filosofis akan dihiasi instalasi Tahun Baru yang megah.
“Kami ingin menciptakan suasana kota yang tidak hanya nyaman, tapi juga berkesan. Ornamen ini bukan sekadar hiasan, melainkan media promosi efektif karena wisatawan pasti akan mengabadikan momen swafoto di sana,” ujar Wahyu dalam konferensi pers di Balai Kota Yogyakarta, Rabu (17/12).
Meski lonjakan kunjungan diprediksi memuncak pada 22 Desember 2025 hingga 4 Januari 2026, Pemkot memilih untuk tidak menggelar perayaan sentral di malam pergantian tahun.
Sebagai gantinya, pelaku industri pariwisata diberikan ruang untuk menggelar acara mandiri di lokasi usaha masing-masing.
Jika malam tahun baru menjadi panggung bagi industri, maka Jumat, 19 Desember 2025, akan menjadi milik publik. Kawasan Titik Nol Kilometer akan disulap menjadi panggung budaya besar bertajuk “Warna Warni Malioboro”.
Mulai pukul 13.00 hingga 22.00 WIB, denyut nadi Malioboro akan diisi dengan kolaborasi epik antara seniman, komunitas, dan pemerintah. Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, menegaskan bahwa acara ini bertujuan mengukuhkan Malioboro sebagai ruang interaksi sosial yang hangat.
“Di sini, pengunjung tidak hanya datang untuk berbelanja, tapi diajak merayakan kebersamaan melalui apresiasi seni yang mendalam,” tutur Yetti.
Agenda Budaya yang Tak Boleh Dilewatkan
Sejumlah atraksi yang akan menyemarakkan kawasan Malioboro antara lain:
Pawai Budaya & Kirab: Menampilkan deretan Bregada rakyat, atraksi Barongsai yang energik, hingga iring-iringan komunitas seni lokal.
Live Painting: Aksi melukis on the spot di Titik Nol Kilometer bersama para perupa ternama Yogyakarta.
Panggung Musik Kemanusiaan: Music Charity Performance for Sumatera yang menghadirkan musisi legendaris seperti Kyai Kanjeng dan Sirkus Barock.
Yetti menambahkan bahwa seluruh rangkaian acara ini merupakan wujud gotong royong warga Jogja. Ia mengajak wisatawan untuk turut menjaga ketertiban dan kenyamanan selama acara berlangsung agar keasrian Malioboro tetap terjaga bagi generasi mendatang.
Bagi Anda yang berencana menghabiskan akhir tahun di Yogyakarta, bersiaplah untuk terpukau oleh perpaduan harmoni tradisi dan estetika modern di setiap sudut kotanya. ***

