Wakapolri Harapkan Senua Kelompok Masyarakat Berperan Patuhi ‘Prokes’

12 September 2020, 23:00 WIB
Menjadikan tokoh yang dipandang dalam komunitas menjadikan
perintah,ajakan, anjuran menjadi lebih efektif. Bahkan, seringkali tanpa
harus memberikan ancaman atau sanksi jika tokoh terpandang
dikomunitasnya melakukan suatu tindakan, akan langsung dicontoh oleh
anggota komunitas.

Jakarta – Mereka yang menjadi petugas keamanan di pasar tradisional,
belum tentu seorang preman yang jaha karena itu masyarakat jangan sampai
terjebak stigma.

Bisa jadi, mereka bakal menjadi pahlawan dengan mendorong kedisiplinan warga
dan konsumen pasar dalam menjalankan Protokol Kesehatan (Prokes) guna mencegah
Covid-19.

Pernyataan Wakapolri soal pemberdayaan sosok petugas keamanan informal, biasa
disebut preman atau jeger, di pasar- pasar tradisional punya tujuan mulia. Itu
agar pedagang dan pengunjung pasar taat patuh kepada Protokol Kesehatan
Covid-19.

Bukan apa-apa, pasar dan pusat perdagangan di beberapa kasus terbukti menjadi
klaster penyebaran Covid-19.

Sedangkan penggunaan istilah jeger yang kemudian media memperluasnya menjadi
preman, tak perlu dimaknai secara dangkal. Harus dipahami bahwa dalam setiap
komunitas selalu ada tokoh-tokoh yang dipandang dan menjadi panutan.

Menjadikan tokoh yang dipandang dalam komunitas menjadikan perintah, ajakan,
anjuran menjadi lebih efektif. Bahkan, seringkali tanpa harus memberikan
ancaman atau sanksi jika tokoh terpandang dikomunitasnya melakukan suatu
tindakan, akan langsung dicontoh oleh anggota komunitas.

Dalam sosiologi, ini dapat terjadi karena masyarakat kita secara mayortas
diikat oleh hubungan relasi patron and client, relasi saling tergantung. Atau
dalam pendekatan lain, karena rasa in group dan out group, kalau tidak
mengikuti tokoh seperti bukan dari bagian group.

Jadi pernyataan Wakapolri dipahami sebagai ajakan agar semua elemen bisa patuh
pada protokol kesehatan, kalau tidak patuh maka minta bantuan kepada tokoh
setempat atau tokoh komunitas.

Kalau di pasar ada jeger, di komunitas lain ada tokoh yang lain. Jadi bukan
soal preman, tetapi siapa saja yang berpengaruh di lingkungkungannya agar
patuh anjuran, ajakan kepada protokol Covid-19 menjadi lebih efektif.

Jadi bukan soal preman tetapi kepada seluruh tokoh komunitas apa saja. Apalagi
ada realitas preman pensiun, preman sadar ini fenomena yang ada di kehidupan.

“Jadi ayo kita patuhi protokol kesehatan, karena ancaman Covid-19 itu nyata.
Kalau perlu tanpa harus berdebat, siapa penyampai kebaikan itu,” imbuhnya.

Pada intinya ajakan Wakaporli mendorong setiap elemen  kelompok
masyarakat untuk ikut berperan agar semakin patuh  standard covid, jd
fokus pada tujuan, substansi yang mau dituju atas harapan Kapolri demi
kesehatan dan keselamatan kemanusiaan. (imh)

Berita Lainnya

Terkini