Yogyakarta – Pemerintah Kota Yogyakarta mengambil langkah berani dan tegas untuk melestarikan identitas budaya kota.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, resmi melarang operasional kendaraan bermotor roda tiga non-tradisional, termasuk becak motor (bentor) dan layanan daring seperti Maxride/bajaj online, di seluruh wilayah Kota Gudeg.
Kebijakan strategis ini, yang telah melalui konsultasi resmi dan mendapat arahan tertulis dari Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, fokus pada satu tujuan mulia: menjaga kelangsungan hidup transportasi tradisional berbasis budaya, yaitu becak kayuh dan andong.
“Kami sudah konsultasi dengan Pak Gubernur. Setelah mendapat arahan tertulis, baru kami membuat surat edaran tentang larangan operasional ini,” ujar Hasto Wardoyo.
Hasto menegaskan kebijakan ini bukan bertujuan untuk membatasi akses masyarakat, melainkan sebagai upaya nguri-uri (melestarikan) warisan lokal yang menjadi ciri khas tak ternilai.
“Alat transportasi seperti becak, seperti andong, menjadi ciri khas transportasi tradisional yang asli berbasis budaya. Ke depan itu tetap kita dorong agar eksis,” jelasnya.
Secara spesifik, Wali Kota Hasto mempertanyakan kehadiran kendaraan roda tiga modern seperti Maxride.
“Kita ini nguri-uri alat transportasi tradisional. Apa Maxride itu alat tradisional khas Jogja?” tegasnya, memastikan bahwa semua kendaraan roda tiga non-tradisional masuk dalam kategori larangan.
Untuk becak motor (bentor), Pemkot Yogyakarta menawarkan solusi inovatif dan ramah lingkungan. Hasto menyatakan komitmen untuk membantu konversi mesin bentor menjadi tenaga listrik, mengubahnya menjadi ‘Bentrik’ (Bentor Listrik).
“Bentornya itu diganti. Tor-nya diganti listrik. Dari bentor jadi bentrik. Kami sudah usulkan anggaran untuk membeli mesin listrik agar bisa dibantukan,” terangnya.
Dengan langkah ini, Walikota Hasto berharap Yogyakarta dapat menyajikan moda transportasi yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga mempertahankan identitas budayanya.
Upaya ini adalah penegasan Kota Pelajar memilih jalur pelestarian budaya lokal melalui becak dan andong, bukan membuka ruang bagi kendaraan bermotor roda tiga modern.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak City Manager Maxride dan Max Auto terkait himbauan pelarangan operasional bajaj online di DIY ini. ***

