Yogyakarta – Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, memimpin langsung inspeksi mendadak ke Sungai Buntung, Bumijo, Senin ini. Peninjauan yang dilakukan sebagai upaya serius memperketat pengawasan terhadap pembuangan sampah liar ini mengungkapkan kondisi memprihatinkan.
Sungai Buntung, meskipun telah diberlakukan sistem pengangkutan sampah oleh penggerobak, disinyalir masih menjadi ‘arena’ favorit pembuangan sampah ilegal.
Ironisnya, lokasi ini menjadi bukti nyata bahwa kesadaran akan kebersihan lingkungan masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi Kota Pelajar.
Dalam kunjungan tersebut, Walikota Hasto tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Ia menyoroti urgensi pemasangan penghalang sampah (jaring sampah) di titik-titik strategis, baik di hulu maupun hilir sungai. Namun, yang paling mengemuka adalah tekadnya untuk memberdayakan masyarakat melalui program padat karya.
“Saya akan memperkuat bahwa penghalang sampah harus kita pasang lagi di lebih hulu, di tempat yang mudah dikontrol,” tegas Hasto di hadapan awak media. “Kalau tidak pakai karya padat, mungkin saya pakai robot, tapi karya padat ini bisa membagi rezeki pada banyak orang!”
Pernyataan Walikota ini bukan sekadar retorika. Ia melihat program padat karya sebagai solusi ganda: mengatasi masalah sampah sekaligus menggerakkan roda ekonomi warga setempat.
Oleh karena itu, Pemerintah Kota (Pemkot) akan memprioritaskan anggaran untuk kegiatan yang melibatkan langsung masyarakat.
“Sekarang ini kita padat karyakan sebanyak mungkin anggaran yang kita pakai untuk bersih-bersih ini. Kalau enggak pakai padat karya, mungkin saya pakai robot. Tapi ini padat karya ini kan membagi rezeki pada banyak orang,” jelasnya.
“Makanya saya kalau ada trash barrier terpasang lalu tiap barrier diambil sampahnya, lalu yang ngambil itu pasukan orange, saya kira itu. Kemudian ada gerobak khusus yang membawa ke depo atau bahkan langsung ke tempat pemilahan, saya kira itu.”
Lebih lanjut, Walikota Hasto juga menyoroti kondisi darurat jembatan di kawasan tersebut. Penumpukan bronjong di bawahnya dilaporkan telah jebol, mengancam keselamatan dan memperparah kondisi lingkungan. “Ini termasuk darurat bagi saya, harus segera ditindaklanjuti pemerintah,” serunya.
Komitmen Walikota Hasto jelas: Kota Yogyakarta harus bebas dari sampah liar. Dengan kombinasi teknologi, kolaborasi masyarakat, dan alokasi anggaran yang tepat, diharapkan Sungai Buntung dan area lainnya di Yogyakarta dapat kembali bersih dan sehat.
Sejumlah usulan pemangku wilayah disejumlah kampung Kota Yogyakarta mengusulkan jika pasukam oranye (petugas kebersihan) berasak dari kampung masing-masing. Menurut Hasto itu tidak masalah, artinya ia mendukungnya.
“Iya setuju. Kalau misalkan nanti butuh pasukan oranye untuk ngambil sampah dari trash barier, ya kalau menurut saya sih lebih baik diambilkan dari warga setempat karena yang tahu situasi dan dekat jadi ya kerjanya lebih cepat,” tuturnya.
Dalam waktu dekat, Pemkot Yogyakarta berencana memasang empat penghalang sampah tambahan di hulu dan empat lainnya di hilir.
“Akan ada empat trash barrier yang dipasang. Rencana saya pasang juga di hilir minimal juga empat. Ini kan di Hulu, nah di Hulu empat. Di hilir empat,” jelasnya.
Langkah ini diharapkan dapat menekan aliran sampah dari luar wilayah serta memastikan tanggung jawab sampah di Kota Yogyakarta tidak dibebankan ke daerah tetangga seperti Bantul.***