Bangli – Warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika (Lapastik) Bangli mengikuti bina rohani yang diselanggarakan Yayasan Padukuhan Sri Chandra Bhaerawa (PSCB).
Kegiatan pembinaan kerohanian di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika (Lapastik) Bangli, Senin 5 Juni 2023.
Pembinaan kerohanian dikemas dalam dharma tula bersama warga binaan itu diisi oleh Ida Pandita Dukuh Celagi Dhaksa Dharma Kirti.
Ketua Yayasan PSCB, Jro Mangku Ketut Suryadi, mengatakan, dharma tula kali ini merupakan kegiatan yang keempat kali dilaksanakan di lapas. Sebelum di Lapastik Bangli, kegiatan serupa sudah terlaksana di Lapas Gianyar, Lapas Tabanan, dan Lapas Singaraja.
“Kami hanya berjalan, melayani, tidak ada target, yayasan hanya ingin terus berbuat. Dan pembinaan ini tidak fokus ke agama, tapi tentang kesadaran manusia yang bersifat universal,” katanya menegaskan.
Kasi Binadik Lapastik Bangli, Agus Setiawan, mewakili Kepala Lapastik Bangli, menyampaikan apresiasi kepada Yayasan PSCB dan Ida Dukuh Celagi yang sudah berkenan datang untuk memberi pembinaan kerohanian kepada para warga binaan khususnya yang beragama Hindu.
Lanjutnya, Lapastik Bangli saat ini dihuni sebanyak 1.108 orang warga binaan. Hampir 700 orang diantaranya atau mayoritas beragama Hindu.Hal tersebuut sebagai satu hal luar biasa.
“Matur suksma beliau Ida Pandita sudah datang ke sini memberi pencerahan. Terima kasih banyak kepada Yayasan Padukuhan Sri Chandra Bhaerawa,” ujar Agus Setiawan didampingi Kasubsi Bimkemaswat, Komang Suryana, saat menyambut kedatangan Yayasan PSCB.
Agus Setiawan mengungkapkan, memang penyuluhan agama atau kerohanian Hindu di lapas ini memang masih kurang.
Pendekatan kerohanian bagi warga binaan jauh lebih mengena. Dengan mendapat pencerahan kerohanian itu akan bisa mengubah pola pikir para warga binaan, terkait dengan apa yang diperbuat.
“Ini sangat mengena untuk memberi penyadaran, supaya meningkatkan semangat dan wawasan mereka menghadapi kehidupan,” sambungnya.
Menghapus Karma Buruk
Ida Pandita Dukuh Celagi Dhaka Dharma Kirti, dalam dharma tula, menyampaikan kepada warga binaan untuk kembali menyadari kehidupan.
Diingatkan, tiada henti untuk memperbaiki diri, berusaha berbuat baik untuk menghapus karma buruk masa lalu.
“Kita tidak tahu kapan lahir, sakit, kaya, dan kapan mati. Apa pun itu harus dijalani, dan pandang kehidupan ini sebagai sebuah anugerah,” ucapnya.
Ida Dukuh Celagi menyampaikan agar warga binaan menjadikan pengalaman kehidupan ini sebagai pembelajaran.
Begitu pula saat berada di lapas ini menjadi sekolah bagi warga binaan dalam proses pencarian jati diri. Bahwa lapas adalah tempat belajar untuk hidup yang lebih baik. Mengisi waktu di dalam lapas dengan mempelajari banyak keterampilan, sehingga setelah bebas nanti punya keterampilan untuk dijadikan penghidupan.
Lapas bukan tempat penyiksaan, tetapi ini proses yang harus ditempuh. Jalani dengan ikhlas, itu tidak perlu disesali. Sekarang harus belajar memaafkan diri sendiri dan memaafkan orang lain.
“Dosa kita hanya bisa dihapus dengan meminta maaf,” pesan sulinggih asal Griya Padukuhan Siddha Swasti, Peguyangan, Denpasar ini.
Saat dharma tula itu, sejumlah warga binaan berkesempatan menyampaikan permasalahan kehidupan yang dihadapinya. Kegiatan itu diakhiri dengan meditasi bersama yang dipandu oleh Ida Dukuh Celagi. (*)