Kabarnusa.com, Denpasar – Konferensi Tingkat Menteri Perdagangan di World Trade Organization (WTO) yang dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diwarnai aksi demo besar-besaran oleh ratusan aktivis dari 30 negara.
Hanya saja, aksi aktivis berbagai elemen itu dilakukan di Denpasar, atau berjarak sekira 35 kilometer dari lokasi berlangsungnya pertemuan WTO yang digelar di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC).
Massa melakukan longmarch dari parkir timur Lapangan Niti Mandala Renon mengelilingi lapangan yang berlokasi persis di depan Kantor Gubernur Bali, Selasa (3/12/2013).
Aksi tersebut kata Ketua Dewan Pimpinan Pusat Serikat Tani Indonesia Henry Saragih tak lain dilakukan guna mengecam kebijakan Amerika Serikat yang memanfaatkan WTO sebagai alat dan skema politiknya untuk menguasai perdagangan dunia.
“Kita melihat krisis yang terjadi di Eropa, India dan negara berkembang lainnya disebabkan kebijakan WTO, kita harus tolak WTO karena terbukti telah menyengsarakan rakyat,” imbuh Henry.
Massa mengecam WTO karena mengeksploitasi kekayaan negara negara di dunia dan menyengsarakan kehidupan rakyat petani, nelayan dan menciptakan industrialisasi yang menindas buruh.
Massa dari 30 negara seperti Eropa, Jepang, India, China dan negara-negara berkembang lainnya menarik perhatian masyarakat pengguna jalan Niti Mandala dan seputar Kantor Gubernur Bali.
Selain berorasi, massa memperlihatkan selebrasi dengan berbagai kesenian tradisional seperti tarian dan musik berbagai daerah.
Selebrasi aktivis asing yang mengusung, bendera raksasa, keranda sebagai simbol perlawanan terhadap WTO menarik perhatian masyarakat.
Beberapa wanita Jepang bdsn China yang mengenakan pakaian tradisional semakin memberi warna lain dari aksi berbagai elemen masyarakat internasional.
Selama demo berlangsung, tidak mendapat pengawalan yang ketat kepolisian. Polisi hanya mengatur arus lalu Lintas dan tidak ada penempatan personel yang cukup mencolok.
Aksi massa berjalan tertib mereka tetap berada dalam satu barisan yang dibatasi tali rafia.
“WTO membunuh petani WTO membunuh nelayan,, hentikan kekerasan negara terhadap perempuan akhiri WTO, ” demikian bunyi beberapa spanduk yang diusung para pendemo.
Aksi berlangsung damai mendapat perhatian media asing berbagai negara. Rencana mereka akan terus mengkampanyekan penolakan WTO selama berlangsungnya pertemuan Menteri Perdagangan Dunia yang tergabung dalam organisasi perdagangan dunia WTO. (gek)