![]() |
Kamacetan di Yogyakarta (foto:hipwee) |
YOGYAKARTA – Kota pelajar dan budaya Yogyakarta kini menghadapi persoalan pelik layaknya kota besar lainnya menyangkut kemacetan sehingga perlu penataan lebih serius utamanya dalam hal model transportasi dan manahemen logistik perkotaan.
Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UGM, Prof. Dr. Suratman, menyampaikan hal itu pada pembukaan kegiatan peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui kegiatan shortcourse belum lama ini di UGM Yogyakarta.
Kegiatan tersebut menyampaikan pesan bahwa sebagai kota budaya, pariwisata, dan pendidikan Kota Yogyakarta sudah mengalami kemacetan.
Hal itu berbeda dengan kondisi 20 tahun yang lalu. Suratman juga berharap di era pendidikan seperti sekarang ini,
“Seharusnya ke depan Yogyakarta tidak hanya menjadi model transportasi yang baik tetapi juga dalam hal manajemen logistik perkotaan yang baik,” tutur Suratman dikutip dalam laman ugm.ac.id.
Pustral-UGM dengan pengetahuan, penelitian, dan sumber daya ahli yang dimiliki mempunyai peran dalam hal tersebut.
“Dengan dukungan penuh dari Dinas Perhubungan dan Kemenko Perekonomian, Pustral-UGM siap berkolaborasi dari segi konsep dan teknologi untuk mengubah sistem logistik perkotaan di Yogyakarta,” tegas Suratman.
Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM, didukung oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, menyelenggarakan serangkaian kegiatan peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui kegiatan shortcourse.
Kegiatan tersebut dilaksanakan bagi calon mahasiswa S-3 yang bertujuan menyiapkan rencana riset di bidang transportasi dan logistik perkotaan.
Hadir sebagai pembicara kunci dalam peningkatan kapasitas tersebut Erwin Raza dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, pakar city logistics yaitu Prof. Russel Thompson dari the University of Melbourne dan Mrs. Ines Osterle dari the University of Sydney yang menyampaikan konsep dan strategi pengelolaan city logistics.
Para pakar juga memaparkan best practices yang telah diaplikasikan beberapa negara di dunia, seperti di Australia dan negara-negara di Eropa.
Acara peningkatan kapasitas juga menghadirkan pembicara dari kalangan asosiasi logistik yang direpresentasikan yang diwakili oleh Imam Gandhi dari Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) yang menyampaikan problem dan tantangan pengembangan logistik perkotaan di Indonesia.
Kegiatan peningkatan kapasitas sumber daya manusia ini dilatarbelakangi oleh tingginya pertumbuhan penduduk dan urbanisasi di perkotaan yang meningkat pesat dari tahun ke tahun. Perkotaan merupakan mesin pertumbuhan nasional dan global.
Kawasan perkotaan dihuni setengah populasi dunia, dan menghasilkan sekitar 80% dari Produk Domestik Bruto (PDB) global. Dalam konteks Global Climate Change, perkotaan juga terkait dengan sekitar 70% dari konsumsi energi global dan emisi gas rumah kaca yang berhubungan dengan energi.
Perubahan menyebabkan tingginya pergerakan orang dan permintaan barang di wilayah perkotaan.
Efek dari perubahan tersebut dan telah dirasakan bersama adalah meningkatnya kepadatan ruang lalu lintas kendaraan di perkotaan, berdampak serius seperti kemacetan, ketidakefisienan, dan peningkatan emisi CO2.
Pembiaran terhadap permasalahan ini dikhawatirkan akan menciptakan ketidakteraturan dan kerusakan lingkungan kota.
Seluruh permasalahan tersebut membutuhkan perhatian serius dari semua pemangku kepentingan maupun kebijakan, terutama para perencana transportasi dan tata ruang kota.
Selain itu, kerja sama dari segala pihak termasuk operator dan akademisi diharapkan mampu menyiapkan solusi jitu untuk permasalahan yang berdampak pada perbaikan lingkungan perkotaan yang berkelanjutan. (des)