KabarNusa.com, Denpasar – Pameran yang bertajuk “ANIMUS 10R essay photo exhibition “ di Lingkara Photoart Gallery Jalan Merdeka IV No 2 Renon, Denpasar menyedot perhatian penikmat seni fotografi di Bali.
Kegiatan yang berlangsung dari 20-30 Juni 2014, memamerkan foto ukuran 10R sebanyak 1562 foto karya 35 photographer.
Tak hanya itu penempatannya fotonya pun bisa dikatakan unik yaitu dengan memanfaatkan ruang yang ada tak hanya tembok. Ada foto-foto karya Bayu misalnya dipasang di pohon, foto-foto karya Totok Parwata yang dipasang di vespa.
Temanya beragam. Seperti karya Gung Ama yang memajang foto seorang anak perempuan berpakaian pramuka duduk di kursi roda, senyumnya mengembang, sembari memangku buku berwarna merah muda.
Di bagian sampul atas buku yang bertuliskan laporan hasil belajar peserta didik sekolah dasar luar biasa tunanetra, tunarungu tuna daksa dan tunularas itu tertera nama Putu Khana Carolina. Foto-foto rapor pun bertebaran di dinding itu.
Pada dinding lain, foto perempuan sedang asyik mencari kutu, di dinding luar ada karya DP Arso, salah satu penggagas Lingkara Photoart yang memajang gambar seng penutup bangunan. Juga ada foto bertema serba bukat yang diberi judul Si Bulat sombong.
Tak pelak Lingkara Photoart berubah menjadi dinding dan halaman dengan 1562 kisah.
Menariknya, tak hanya karya yang beragam dan unik ternyata dibalik kamera pun para photographernya memiliki beragam profesi mulai pegawai pembersih kolam renang, tukang tattoo, penjaga pantai (balavista), pegawai kantor, arsitek, photographer professional dan lain-lain.
Pameran “Animus 10R” yang didukung oleh JPPRO Bali ini dibuka Jumat (20/6/2014) melibatkan empat komunitas fotografi Bali yakni Lomonesia Bali, Suku Analog, Jagir fotografi dan Lingkara photoart.
Ini adalah pameran yang kesekian kalinya diadakan. Dan tema kali ini lebih beragam seperti tema keseharian, lingkungan, sosial dan tema menarik lainnya.
“Tidak ada tema khusus dalam pameran ini yang penting foto essay. Namun kita juga kurasi foto yang akan masuk, tak ada foto pemandangan yang indah, sunset atau gadis menari.”ujar DP Arsa
Ketika disinggung pemilihan pameran pada foto essay, Arsa menjelaskan bahwa Animus 10R essay photo adalah bentuk keberanian menyampaikan sudut pandang personal tertentu yang jernih dan langsung, serta mencoba untuk menganalisa.
“Satu foto belum tentu mewakili semuanya, dan banyak foto tidak selalu dapat menjelaskan segalanya. Foto essai paling jarang dilirik dan dipamerkan, disamping itu pameran ini bisa dikatakan semacam romantisme kenangan.
“Foto ukuran 10R menjadi ukuran favorit biasanya sebagai foto dokumentasi keluarga yang terpajang di ruangan. “ ujar pria berambut gondrong ini.
Ada beberapa tantangan yang dirasakan personel masing-masing komunitas ketika Lingkara pertama kali menawarkan konsep dan undangan berpameran bersama. Beberapa diantaranya sama sekali belum pernah membuat foto esai.
Mereka tidak berangkat memotret dengan membawa kerangka sistematis di dalam kepalanya. Kesulitan lain yang ditemukan adalah ketidakpedean dalam menuliskan sebuah catatan pendukung dalam foto esai.
Kefasihan menulis ini nampaknya menjadi tantangan bagi para fotografer yang terbiasa memotret tanpa menyertakan catatan tertulis tentang kisah atau apa yang ingin ditampilkan melalui foto-fotonya.
Dalam pameran foto kali ini ada seleksi yang coba dipetakan diawal, dimulai dengan proses pemilihan foto karya masing-masing personel per-komunitas. Semua file-file foto yang ada dibuka dan diperlihatkan.
“Istilah yang kami pergunakan adalah “preview” dan “bongkar hard disk”. Dari proses preview inilah, kami bisa memetakan karya foto yang ada dari berbagai peristiwa dengan benang merahnya masing-masing, yang sudah direkam oleh fotografernya,” ujar Arsa.
Melalui pameran ANIMUS 10R, dapat menjadi pemicu tumbuhnya kerja kolektif dari komunitas-komunitas kreatif di Bali, tidak hanya sebatas komunitas fotografi saja.
“Dengan kerja kolektif seperti ini, kami berharap akan tumbuh ide-ide baru yang segar, ada transfer ilmu antara satu dengan yang lain, dan tentunya regenerasi anggota komunitas.
Tiga tahun berdiri, kita selalu membuat pameran yang berbeda dari biasanya karena Kita ingin membuat sesuatu yang berbeda,” kata Arsa.
Lingkara Art sendiri didirikan oleh JP Arsa, Komang Totok Parwata, Indra Widi, Yan Palapa, Aris Santana, Alma, Dechi Rudita Putra. (gek)