ADINKES 2025 di Bali: Saatnya Kolaborasi Lintas Sektor Jadi Jurus Jitu Selamatkan Bangsa!

Ketua ADINKES, dr. M. Subuh, MPPM, menegaskan Semiloka Nasional ADINKES 2025 langkah strategis memberdayakan desa sekaligus mendorong sinergi antara dinas kesehatan, puskesmas, dan pemerintah desa dalam mengatasi tantangan kesehatan utama seperti hipertensi, stunting, AIDS, tuberkulosis, malaria, dan dengue.

2 Mei 2025, 07:30 WIB

Denpasar -Seminar dan lokakarya nasional Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES) tahun 2025 yang berlangsung di Bali pada 29 April hingga 2 Mei 2025 menyoroti urgensi penguatan kapasitas di tingkat desa dan tenaga kesehatan dalam upaya pencegahan serta pengendalian penyakit.

Forum ini mempertemukan beragam pemangku kepentingan dari seluruh Indonesia, termasuk perwakilan dinas kesehatan, dinas pemberdayaan masyarakat desa (DPMD), puskesmas, laboratorium kesehatan, Komisi Penanggulangan AIDS, tenaga kesehatan, akademisi, praktisi kesehatan, hingga pegiat kesehatan. Diskusi yang terjalin berfokus pada berbagai isu kesehatan yang masih menjadi kendala dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, dr. Ina Agustina Isturini, MKM, menyampaikan apresiasi atas konsistensi ADINKES dalam menyelenggarakan forum edukatif dan strategis ini. Beliau menekankan bahwa kegiatan ini berperan penting dalam memperkuat kapasitas dinas kesehatan dan meningkatkan kompetensi fasilitas layanan kesehatan.

Lebih lanjut, dr. Ina menyoroti peran krusial ADINKES dalam mendorong transformasi sistem kesehatan nasional, di mana upaya pencegahan dan pengendalian penyakit memerlukan peran aktif pemerintah daerah yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.

Kolaborasi erat antara pemerintah pusat dan daerah, dengan dukungan mitra strategis seperti ADINKES, diharapkan dapat mempercepat tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional.

Ketua ADINKES, dr. M. Subuh, MPPM, menegaskan bahwa Semiloka Nasional ADINKES 2025 merupakan langkah strategis dalam memberdayakan desa sebagai lini pertama pertahanan terhadap penyakit. Forum ini mendorong sinergi antara dinas kesehatan, puskesmas, dan pemerintah desa dalam mengatasi tantangan kesehatan utama seperti hipertensi, stunting, AIDS, tuberkulosis, malaria, dan dengue.

Keyakinan akan pentingnya kolaborasi lintas sektor dan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan di tingkat desa menjadi landasan untuk membangun sistem kesehatan yang tangguh dan berkelanjutan.
Salah satu fokus utama dalam acara ini adalah pencegahan dan pengendalian penyakit dengue, mengingat lonjakan kasus yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki kondisi ideal bagi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, vektor utama penyakit dengue.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan tren peningkatan angka kejadian (Incidence Rate/IR) dengue sejak pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1968. Bahkan, pada tahun 2024, hampir seluruh kabupaten/kota di Indonesia (488 dari 514) melaporkan kasus dengue\

Perubahan karakteristik penularan nyamuk dengue menjadi salah satu penyebab peningkatan kasus. Jika dahulu penularan lebih dominan terjadi pada musim hujan, kini nyamuk penyebab dengue dapat ditemukan sepanjang tahun. Kondisi iklim Indonesia dan perubahan perilaku nyamuk meningkatkan risiko penularan bagi seluruh masyarakat, tanpa memandang usia, tempat tinggal, atau gaya hidup.

Lebih lanjut, infeksi dengue berulang dapat meningkatkan risiko demam berdarah parah yang berpotensi fatal.

Dalam diskusi panel mengenai efektivitas vaksinasi untuk pengendalian dengue, Dr. dr. I Made Susila Utama, SpPD-KPTI FINASIM, menekankan bahwa pencegahan menjadi kunci utama karena hingga saat ini belum ada obat spesifik untuk dengue. Vaksinasi dianggap sebagai salah satu metode pencegahan penting yang bekerja dengan membangun pertahanan alami tubuh terhadap virus dengue.

Vaksinasi dengue harus dilakukan sesuai dosis yang dianjurkan dokter untuk mencapai perlindungan optimal. Meskipun Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2020-2024 menargetkan 95% kabupaten/kota memiliki IR dengue ≤ 10/100.000 pada tahun 2024, data di Provinsi Bali menunjukkan peningkatan IR dengue di seluruh kabupaten/kota dari tahun 2021 hingga 2024, yang mengindikasikan belum tercapainya target nasional di wilayah tersebut.

Dr. Made menekankan perlunya pendekatan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan di tingkat daerah, mengingat dengue bukan penyakit musiman dan kasusnya dapat meningkat kapan saja, terutama dengan adanya perubahan iklim.

“Penerapan metode pencegahan inovatif, seperti vaksinasi dengue yang telah diimplementasikan di Kalimantan Timur dan Probolinggo, patut dipertimbangkan sebagai inspirasi bagi daerah lain,” katanya.

Langkah Strategis Pemerintah Daerah dalam Pencegahan Dengue

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, dr. H. Jaya Mualimin, SpKJ, M.Kes, MARS, membagikan pengalaman Kalimantan Timur sebagai pelopor program vaksinasi dengue untuk publik. Pilot program yang dimulai pada November 2023 menyasar 9.800 anak usia sekolah dasar di Balikpapan, wilayah dengan kasus dengue tertinggi di Kalimantan Timur.

Hasilnya menunjukkan dampak positif, dengan 99,9% peserta menerima dosis pertama dan 91% menerima dosis lengkap. Selain penurunan angka hospitalisasi dan kematian akibat dengue, tidak ditemukan infeksi berulang pada anak yang telah divaksinasi dosis lengkap. Program ini kemudian diperluas ke Samarinda pada September 2024, menargetkan 2.750 anak usia sekolah dasar.

Praktik baik serupa juga dibagikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo, dr. Hariawan Dwi Tamtomo, MMKes. Program vaksinasi dengue yang dilaksanakan sejak September 2024 menyasar 1.120 anak usia sekolah dasar di Kecamatan Paiton, wilayah dengan kasus dengue tertinggi di Kabupaten Probolinggo dan angka kematian tertinggi kedua di Jawa Timur pada tahun 2024.

Program yang didanai sepenuhnya oleh APBD Kabupaten Probolinggo ini menjangkau seluruh target dosis lengkap dan menunjukkan hasil positif dengan tidak ditemukannya kasus dengue pada anak yang telah divaksinasi serta tidak ada peningkatan kasus dibandingkan triwulan pertama tahun 2024.

Inisiatif vaksinasi dengue di Kalimantan Timur dan Probolinggo menjadi contoh nyata komitmen pemerintah daerah dalam menerapkan strategi pencegahan dengue yang lebih komprehensif dan berkelanjutan.

Langkah-langkah ini diharapkan dapat menjadi pemicu gerakan yang lebih luas dan mendorong perubahan kebijakan kesehatan masyarakat yang lebih terstruktur di tingkat nasional.
Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, sebagai salah satu mitra penyelenggara Semiloka Nasional ADINKES 2025, mengapresiasi komitmen dan langkah nyata ADINKES serta pemerintah daerah dalam mencegah penyebaran dengue.

Ia menekankan kompleksitas tantangan dengue di negara kepulauan seperti Indonesia dan perlunya keterlibatan aktif seluruh pemangku kepentingan. Takeda berkomitmen untuk mendukung upaya melawan dengue sebagai mitra jangka panjang dan mendukung berbagai inisiatif pemerintah daerah.

Sebagai penutup, Andreas mengingatkan masyarakat untuk tetap konsisten menerapkan 3M Plus, meningkatkan edukasi tentang dengue, dan mempertimbangkan metode pencegahan inovatif seperti vaksinasi untuk perlindungan yang lebih komprehensif. ***

Berita Lainnya

Terkini