(ilustrasi/net) |
JEMBRANA – Diduga lantaran sakit tak kunjung sembuh Ni Nyoman Kantri (60) istri dari Jero Bendesa Perancak, Nengah Parna (61) warga Banjar Mekar Sari, Desa Perancak, Jembrana mengkhiri hidup dengan cara gantung diri.
Korban menggantung dirinya dengan kain kamben di dapur, Jumat (27/1/17). Informasinya, Parna ketika bangun tidur langsung pergi ke dapur dan berniat minum dan makan kaget melihat istrinya tergantung menggunakan kain kamben di kayu atap dapur setinggi 175 cm.
Kejadian itu dilaporkan ke Polres Jembrana dan tim identifikasi melakukan olah TKP. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter puskesmas Yeh Kuning, dr Ely Widiastuti Sunarya, di tubuh korban tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan.
Dari keterangan Nengah Parna, sang istri mengalami sakit yang tidak kunjung sembuh. Pihak keluarga sangat kehilangan sosok yang rajin sembahyang dan menghadiri kegiatan dinas dan adat di banjar tersebut. Korban informasinya belakangan ini jarang keluar rumah.
Namun keluarga sudah mengiklaskan kepergian korban. Kasat Reskrim Polres Jembrana AKP Yusak A Sooai seizin Kapolres Jembrana mengatakan korban murni gantung diri. “Motif lorban diduga putus asa karena sakit yang tidak kunjung sembuh,” jelas Yusak dihubungi, Sabtu (28/1/17).
Maraknya kasus bunuh diri di Jembrana mengundang keprihatinan pemerhati sosial Diah, Menurutnya, kasus gantung diri karena berbagai sebab. Dari kasus-kasus yang muncul lebih banyak karena motif sakit yang tidak kunjung sembuh, depresi dan putus cinta serta rasa kecewa yang mendalam.
Guna menekan kasus bunuh diri/gantung diri, menurut Diah masyarakat hendaknya mendekatkan diri pada Tuhan. Meningkatkan keimanan dan melakukan kegiatan positif. “Jika sudah sibuk dengan kegiatan positif tentu tidak ada lagi fikiran-fikiran negatif dan yang aneh-aneh”, jelasnya.
Kepedulian pada lingkungan dan sesama juga harus ditingkatkan. Misalnya jika ada keluarga, kerabat, tetangga sakit hendaknya dihibur dan diperhatikan sehingga semangat hidupnya semakin tumbuh. (put)