Analisis Fenomena Curah Hujan Ekstrem Banjir Kalimantan Selatan

4 Februari 2021, 14:30 WIB

Jakarta – Banjir di Kalimantan Selatan masih menggenangi 5 dari 11
kabupaten/kota terdampak hingga Senin lalu, pukul 09.00 waktu setempat,
(1/2/2021).

Genangan masih terpantau pada ketinggian 10 hingga 30 cm di beberapa
kabupaten, seperti Hulu Sungai Tengah, Banjar, Hulu Sungai Selatan dan Tanah
Laut.

Tingginya intensitas hujan ditengarai menjadi salah satu pemicu banjir meluas
di wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel) pada akhir bulan lalu, dimana Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan hujan dengan
intensitas tinggi hingga ekstrim terjadi merata di Kalimantan Selatan di
periode tanggal 8 hingga 14 Januari 2021.

Prakirawan BMKG Kiki menyebutkan bahwa pada 11 dan 12 Januari 2021 telah
dikeluarkan 12 peringatan dini hujan lebat untuk wilayah Kalsel, mulai pukul
02.40 waktu setempat atau wita.

“Peringatan dini tersebut didiseminasikan melalui website, mobile application
Info BMKG, media sosial, serta whatsapp group atau telegram ke BPBD dan user
setempat,” ujar Kiki dalam webinar pembelajaran banjir di Kalsel pada Selasa
(2/2/2021).

Di sisi lain, melihat produk identifikasi dampak berdasarkan prakiraan atau
impact based forecast pada 11 – 12 Januari 2021, wilayah Kalsel termasuk salah
satu kawasan pada status ‘Waspada,’ demikian juga pada 12 – 13 Januari 2021.

Oleh sebab itu, ia mengatakan banjir di Kalsel pada 12 Januari 2021 dipicu
oleh hujan dengan intensitas ringan hingga ekstrem. Kondisi ini terjadi sejak
10 Januari 2021 di beberapa wilayah Kalsel.

“Kondisi atmosfer secara global, regional dan lokal di sekitar wilayah
Kalimantan Selatan pada sebelum dan saat kejadian banjir sangat mendukung
untuk pertumbuhan awan hujan,” sambungnya.

Sementara itu, berbagai kondisi sebagai pemicu meluasnya banjir yang
mengakibatkan puluhan ribu warga mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Pantauan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat adanya
perubahan penutupan lahan dari hutan kering ke perkebunan. Ini termasuk
aktivitas tambang yang berlangsung dari 1990 sampai dengan 2019.

Pakar ekonomi penilaian informasi iklim dari Departemen Geofisika dan
Meteorologi Institut Pertanian Bogor (IPB) Perdinan menyampaikan bahwa ketika
berbicara banjir, terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan, yakni lokasi,
durasi dan luasan.

Hal ini menjadi penting karena berimplikasi pada dampak yang ditimbulkan.

“Intervensi sains dan teknologi untuk penanggulangan bencana merupakan hal
yang penting dan ke depan perlu penelitian terkait kontribusi faktor terhadap
banjir di suatu wilayah,” jelasnya.

Ia mengingatkan bahwa manusia masih diberikan kapasitas untuk penanganan
bencana. Dalam merespons banjir di wilayahnya, BPBD Provinsi melakukan
berbagai upaya penanganan darurat. (riz)

Artikel Lainnya

Terkini