Analisis Pasar Pasca Pergantian Menkeu: IHSG Sempat Melemah, Ekonom UGM Ingatkan Stabilitas Fiskal

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat melemah lebih dari satu persen pada penutupan bursa Senin, 8 September 2025.

12 September 2025, 21:15 WIB

Yogyakarta – Dinamika pasar modal kembali menjadi sorotan setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat melemah lebih dari satu persen pada penutupan bursa Senin, 8 September 2025.

Penurunan ini terjadi tak lama setelah diumumkannya pergantian Menteri Keuangan. Tekanan terbesar datang dari sektor perbankan, yang memiliki bobot signifikan dalam pergerakan IHSG.

Menurut Ekonom UGM, Dr. Rijadh Djatu Winardi, gejolak yang terjadi lebih banyak dipicu oleh sentimen jangka pendek, bukan perubahan fundamental ekonomi.

“Penurunan IHSG lebih dari 1 persen itu masih wajar. Bu Sri Mulyani sangat dekat dengan pasar dan memiliki reputasi kuat. Wajar jika ada ‘shock’ kecil saat ada pergantian,” jelas Rijadh, Jumat, 12 September 2025.

Ia menambahkan, keterkaitan antara stabilitas kebijakan fiskal dan sektor perbankan sangat erat. Saham-saham bank, yang menjadi motor penggerak utama IHSG, sangat sensitif terhadap risiko makroekonomi.

Ketidakpastian pasca-pergantian Menkeu membuat investor menilai kembali kondisi perbankan, yang dianggap sebagai barometer utama perekonomian.

“Ketika muncul ketidakpastian mengenai arah kebijakan, saham-saham bank otomatis terekspos karena dianggap sensitif terhadap risiko makroekonomi,” tambahnya.

Pentingnya Komunikasi dan Konsistensi Kebijakan

Meskipun demikian, Rijadh menilai pelemahan ini bersifat sementara. Ia melihat pasar masih dalam tahap mencerna situasi dan investor domestik justru memanfaatkan koreksi ini untuk melakukan akumulasi saham-saham unggulan.

Hal ini terbukti dari kembali menguatnya IHSG dan aksi beli pada saham perbankan hingga hari ini.

“Selama pasar melihat bahwa keputusan pergantian ini tetap ‘favorable’ buat pasar, saya kira dampaknya tidak akan berkepanjangan,” ujarnya.

Untuk menjaga stabilitas pasar, Menkeu yang baru dinilai harus segera mengambil langkah strategis. Dr. Rijadh menegaskan pentingnya konsistensi kebijakan fiskal dan komunikasi yang menenangkan.

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memberikan kepastian mengenai arah kebijakan, baik jangka pendek maupun panjang.

Selain itu, transparansi program pemerintah akan menjadi sinyal positif bagi investor. Komunikasi yang terukur dan terarah sangat krusial dalam menenangkan sentimen pasar.

“Komunikasi kebijakan memegang peranan yang sangat besar dalam menjaga sentimen positif. Pernyataan yang tidak terukur dapat keliru diterjemahkan pasar sebagai sinyal negatif,” pesannya.

Membangun Kredibilitas dan Menjaga Kepercayaan Investor

Menurut Rijadh, kunci untuk menjaga daya tarik pasar modal Indonesia adalah konsistensi fiskal, kepastian regulasi, dan kejelasan komunikasi kebijakan.

Menkeu baru juga perlu memastikan kebijakan yang diambil mendukung iklim investasi yang kondusif.

“Menkeu baru sudah sepatutnya menjaga stabilitas fiskal, kepastian regulasi, serta komunikasi kebijakan yang menenangkan agar kepercayaan investor tetap terjaga,” pungkas Rijadh. ***

Berita Lainnya

Terkini