Kabarnusa.com – Anteran panjang dan lama bahkan ada hingga 12 jam yang sering terjadi di Pelabuhan Gilimanuk Kabupaten Jembrana, Bali membuat para sopir truk protes.
Mereka merasa dianaktirikan pengelola penyebrangan lantaran yang diutamakan menyebrang adalah kendaraan penumpang, mobil pribadi dan kendaraan barang kecil.
Sejak dermaga movile bridge (MB) II ditutup untuk perbaikan, antrean kendaraan terutama truk-truk besar hampir setiap hari terjadi.
Kendaraan barang tersebut biasanya mulai terjebak antrean mulai petang. Kadang antrean tersebut terjadi sampai dinihari, namun lebih sering sampai pagi keesokan harinya.
Seperti antrean truk besar yang terjadi Rabu (4/11/2015) malam, dan siang tadi. Antrean panjang sampai di pertigaan Cekik atau 3 kilometer dari pelabuhan Gilimanuk. Namun antrean tersebut baru habis menjelang sore tadi.
Lamanya truk-truk besar itu terjebak antrean membuat sopir-sopir protes. Sebab, hanya mereka yang antre sementara kendaraan lain seperti Bus AKAP, travel, mobil pribadi maupun truk kecil bisa lancar menyebrang.
“Jelas saya kesal. Kenapa hanya truk-truk besar yang ngantre. Padahal kami juga sama-sama membeli tiket dan harganya lebih bahal lagi. Kami merasa dianak tirikan,” ujar Made Budiarta, salah satu sopir truk yang terjebak antrean selama 12 jam.
Manager Usaha PT. ASDP Indonesia Ferry, unit Pelabuhan Gilimanuk, Sugeng Purwono dikonfirmasi, Kamis (5/11/2015) terkait protes sopir truk menegaskan, sesuai prosedur diutamakan menyebrang kendaraan penumpang.
Sedangkan truk adalah angkutan barang dan yang menyebrang ke Jawa kebanyakan kosong.
Pihaknya mengaku lebih melihat dari sisi kemanusian sehingga kendaraan yang mengakut orang yang didahulukan untuk menyebrang.
Lanjut Purwono, antrean yang sering terjadi itu memang akibat penguatan dermana MB II. Jika saat normal atau semua dermaga dioprasikan, bisa melayani 32 kapal.
Tetapi sekarang hanya bisa melayani 24 kapal sehingga arus penyeberangan sedikit terganggu.(dar)