“Dengan memanfaatkan limbah ini, peternak sapi dapat mengurangi biaya produksi ransum dan memberikan nutrisi yang cukup bagi hewan ternak mereka,” ungkap Nyoman Kaca, M.Si saat dikonfirmasi di Denpasar pada Rabu 22 Mei 2024
Penggunaan limbah pertanian sebagai ransum juga dapat membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Limbah pertanian yang sebelumnya dibuang atau dibiarkan menjadi limbah dapat dimanfaatkan kembali sebagai sumber pakan bagi hewan ternak.
Dubes Ceko Soroti Kemacetan dan Sampah, ini Jawaban Pj Gubernur Bali Mahendra Jaya
Kata Nyoman Kaca, dengan memanfaatkan limbah pertanian sebagai sumber ransum alternatif, peternak sapi diharapkan dapat mengatasi masalah kekurangan ransum di musim kering dengan lebih efektif dan berkelanjutan.
Besarnya biaya ransum berkisar 60-80% dari seluruh biaya produksi, menyebabkan peternak harus mampu kreatif dalam mengolah sumber bahan pakan berkualitas yang ada di lingkungan sekitar.
Kaca mengakui upaya sosialisasi dan pelatihan pemanfaatan limbah pertanian sebagai ransum melalui teknik fermentasi sudah dilakukan pada Kelompok Tani Ternak Giri Sportif Pacung Simantri 632 Desa Ban Kecamatan kubu Kabupaten Karangasem.
Desa Adat di Bali Batasi Unjuk Rasa Maksimal 100 Orang
Kemudian, Sosialisasi dan pelatihan dilakukan serangkaian pengabdian kepada masyarakat Internasional yang merupakan kolaborasi dari Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa dengan para dosen di University Teknologi MARA, Malaysia (UiTM).
Ketua Kelompok Tani Ternak Giri Sportif Pacung Simantri 632 yaitu Jero Mangku Suetra menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Universitas Warmadewa, UiTM, dan para dosen pengabdi yang telah bersedia membagi ilmunya dan menyumbangkan mesin.
Ia berpesan agar sekiranya kegiatan pengabdian seperti ini dapat berlanjut lagi di tahun depan, karena anggota kelompok masih membutuhkan tambahan pengetahuan dan pendampingan khususnya yang berasal dari akademisi untuk kelancaran usaha. ***