Yogyakarta – Populasi Badak Jawa, salah satu fauna paling langka di dunia, menghadapi ancaman kepunahan yang semakin nyata, terutama dari potensi bencana alam dahsyat seperti letusan Gunung Krakatau.
Menanggapi situasi genting ini, Menteri Kehutanan Indonesia, Raja Juli Antoni, menyatakan komitmen luar biasa pemerintah melalui langkah konservasi radikal: pengembangan teknologi Assisted Reproductive Technology (ART) atau “bayi tabung” dan pembangunan Biobank Badak Jawa.
Pernyataan menggugah ini disampaikan Raja Juli di Yogyakarta usai menghadiri Dies Natalis Fakultas Kehutanan UGM ke-62.
Dia menegaskan, kelangsungan hidup badak Jawa kini berada di ambang bahaya besar.
“Badak Jawa itu salah satu yang langka ya, dan habitatnya memang terancam juga. Misalkan kalau ada Naudzubillah Gunung Krakatau apalagi dekat Lampung meletus, itu akan ada bahaya gitu, bahaya yang luar biasa mengancam fauna,” ujar Raja Juli, menyoroti urgensi perlindungan satwa ikonik tersebut.
Sebagai upaya terobosan untuk mencegah kepunahan, Kementerian Kehutanan kini fokus pada pemanfaatan teknologi canggih.
Menurut Raja Juli, Biobank akan berfungsi sebagai “bank genetik” yang memungkinkan pemerintah menyimpan dan mempelajari materi genetik penting, termasuk sperma dan ovum Badak Jawa.
“Dengan Biobank dan ART, kita bisa mempelajari genetik badak Jawa, termasuk menyimpan sperma dan ovumnya. Nantinya, dengan teknologi ART, badak bisa dikawinkan secara ‘bayi tabung’,” terangnya.
Teknologi ini diharapkan mampu mengatasi hambatan reproduksi alami dan keterbatasan jumlah individu.
Selain intervensi modern, Menteri juga mengungkapkan proses translokasi badak Jawa yang sedang dijalankan bekerja sama dengan TNI.
Pasangan badak—satu jantan, satu betina, dan bayinya—tengah digiring secara alami ke lokasi yang aman namun masih berada di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Langkah ini bertujuan untuk memisahkan populasi dan meminimalisir risiko kepunahan massal akibat bencana di satu titik.
Raja Juli menutup dengan pesan optimis, menegaskan, ekosistem alami Ujung Kulon akan tetap diperbaiki agar pembiakan natural berjalan optimal, seraya didukung oleh harapan besar dari teknologi “bayi tabung.”
“Jadi nanti Insya Allah, selain yang natural, habitatnya diperbaiki sehingga jumlah badaknya semakin banyak melalui proses alami, tapi juga bisa melalui bayi tabung ini,” pungkasnya.***