Denpasar – Penurunan harga komoditas minyak goreng, daging ayam ras, telur ayam ras, dan cabai rawit turut memicu terjadinya deflasi di Provinsi Bali hingga minus -0,44% (mtm) pada bulan Februari 2022.
Bulan sebelumnya, Bali mencatat inflasi 1,03% (mtm). Secara spasial, deflasi terjadi di Kota Denpasar dan Kota Singaraja masing-masing sebesar -0,36% (mtm) dan -0,84% (mtm).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengungkapkan, perkembangan tersebut disebabkan oleh deflasi pada seluruh komponen barang dan jasa, dengan deflasi terdalam terjadi pada kelompok volatile food, diikuti oleh komponen administered price dan core inflation.
Juni 2021, Daging Ayam Ras hingga Cabai Merah Sumbang Deflasi Bali 0,38 Persen
“Secara tahunan, Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 2,02% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,31% (yoy) dan inflasi nasional sebesar 2,06% (yoy),” ungkap Trisno Nugroho dari keterangan tertulis, Rabu (2/3/2022).
Disebutkan, komponen volatile food pada Februari 2022 mengalami deflasi sebesar -2,45% (mtm), terutama didorong oleh penurunan harga komoditas minyak goreng, daging ayam ras, telur ayam ras, dan cabai rawit.
Trisno Nugroho menejelaskan, penurunan harga minyak goreng tidak terlepas dari upaya Pemerintah dalam menjaga kestabilan harga melalui kebijakan penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang berlaku mulai 1 Februari 2022.
Bank Indonesia Dorong Percepatan UMKM Go Digital, Terapkan QRIS dan Manfaatkan Marketplace