Denpasar – Kabar duka menyelimuti Pulau Dewata. Minggu malam, 29 Juni 2025, Bali kehilangan salah satu putra terbaiknya, H. Taufik As’adi bin Habib Adnan, mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Bali.
H Taufik wafat di usia 77 tahun di Rumah Sakit Angkatan Darat (RSAD) Udayana Denpasar. Kepergian sosok yang dikenal gigih memperkuat toleransi dan kerukunan antarumat beragama ini meninggalkan duka mendalam, khususnya bagi umat Islam di Bali.
Informasi berpulangnya tokoh yang juga menjabat Ketua Dewan Penasihat Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) ini dengan cepat menyebar di berbagai grup WhatsApp, termasuk di kalangan Warga KAHMI Bali.
“Telah berpulang ke Rahmatullah pada hari Minggu 29 Juni 2025 sekira pukul 18.15 Wita (Maghrib),” demikian pesan duka berisi foto H Taufik As’adi, yang turut diterima di grup Ukhuwah Jurnalis Bali (UJB).
Dedikasi Tanpa Henti untuk Kerukunan
Jenazah almarhum disemayamkan di rumah duka di Jl. Gunung Slamet I, Perumnas Monang Maning, Denpasar, setelah dimandikan dan disalatkan. Rencananya, almarhum akan dimakamkan siang ini, Senin, 30 Juni 2025, usai salat zuhur.
Semasa hidupnya, H. Taufik tak hanya aktif dalam kegiatan dakwah, namun juga sangat konsisten dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan di Pulau Dewata.
H Taufik adalah sosok yang tak pernah lelah menyuarakan pesan damai dan kerukunan di tengah heterogenitas pluralisme di Tanah Air, khususnya Bali. Dedikasinya untuk menjaga keharmonisan antarumat beragama adalah teladan nyata.
“Bapak Taufik, guru kami, teladan kami, sangat konsern dalam membina kerukunan antarumat beragama di Bali,” ujar Ketua UJB, Mohammad Ridwan, mengenang almarhum.H Taufik senantiasa mengingatkan pentingnya kehadiran umat Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin, rahmat bagi seluruh alam.
Penjaga Pilar Toleransi Bali
Meskipun telah lanjut usia, H. Taufik tetap aktif menghadiri berbagai kegiatan, terutama saat masih menjabat sebagai Ketua MUI Bali. Dalam berbagai kesempatan, selalu menegaskan bahwa Bali, yang telah dikenal sebagai pulau toleransi dalam kehidupan beragama, harus terus dijaga dengan menghindari segala perbuatan dan sikap yang dapat merusak keharmonisan.
“Mari membangun prinsip saling memahami bersama antar umat beragama dan komunikasi yang intensif antar pemuka agama,” ajak H. Taufik beberapa waktu lalu, sebuah pesan yang akan selalu dikenang dan menjadi panduan bagi masyarakat Bali.
Kepergian H Taufik adalah kehilangan besar, namun semangat dan warisan toleransi yang ditinggalkannya akan terus hidup dan menjadi inspirasi. ***