Wisatawan China di Ubud (dok.kabarnusa) |
Kabarnusa.com –
Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (ASITA) Bali Ketut
Ardana menyatakan, kendala dihadapi dalam melayani wisatawan asal China yang
berlibur ke Bali adalah minimnya guide yang
menguasai bahasa Mandarin dan Jepang.
Padahal, potensi wisatawan China atau Tiongkok ke Indonesia termasuk Bali sangatlah besar.
Tak
kurang ada sekira 2 juta wisatawan asal China yang menjadikan Indonesia
khususnya Bali sebagai destinasi parisata favorit pilihan mereka.
Tentu saja, tingginya kunjungan turis China itu, harus dibarengi dengan kesiapan SDM para pemandu wisata atau guide tour.
Jika
selama ini, kebanyakan wisman China berlibur dalam jumlah besar atau
group, kata Ardana, perlahan ada kecenderungan berubah menjadi
kelompok-kelompok kecil.
“Perlahan nanti, turis China itu
berpergian dalam group kecil, empat orang bahkan pasangan suami istri
couple, sudah cukup banyak,” terang Ardana saat peluncuran rute Garuda
Indonesia dari Denpasar-Shanghai pulang pergi di Gedung Gapura Angkasa,
Rabu (13/1/2016).
Di pihak lain, Ardana mengaku ada kendala juga
dengan keberadaan guide liar asal China yang menghandel sendiri
tamu-tamu mereka, tanpa melibatkan guide lokal.
Tentu saja, hal
itu bisa berisiko karena, guide China itu pemahaman terhadap daerah dan
karakter hingga kultur masyarakat lokal. bisa juga memberi informasi
yang keliru tentang sebuah destinasi.
Pihaknya sudah melakukan
antisipasi, sebagai upaya membendung guide liar itu dengan menggandeng
tim Yustisi Satpo PP, memberikan pembinaan dan merazia mereka.
Jalan keluar satpol pp turis china temaniu, ada kebijakan
“Kami
juga bersama intansi lain termasuk Pol PP, memberikan pelatihan 600
tour guide, agar mereka bisa memberikan pelayanan dan melaksankana
tugasnya dengan baik,” sambungnya.
Dalam hitungan dilakukan,
setidaknya untuk kebutuhan mendukung pariwisata Bali melayani wistawan
asal China, butuh tambahan 1200 guide yang fasih berbahasa Mandarin dan
Jepang. (gek)