Bangun Pabrik Sagu untuk Percepat Pembangunan di Papua

4 Januari 2016, 06:25 WIB

Kabarnusa.com – Berdirinya pabrik sagu di Distrik Kais, Sorong Selatan, Papua Barat yang dibangun Perum Perhutani diharapkan dapat mempercepat pembangunan di bumi Cendrawasih tersebut.

“INi merupakan tindak lanjut dari pemerintah melalui BUMN untuk percepatan pembangunan di Papua dan Papua Barat,” terang Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar dalam keterangan resminya akhir pekan lalu.

Pembangunan pabrik ini juga diharapkan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi nasional (engine of growth). Menurut Mustoha, program ini pun salah satu bagian dari tugas pemerintah, yang telah diamandatkan dalam Nawa Cita.

Diketahui, Sagu merupakan pohon asli Indonesia yang menjadi sumber karbohidrat yang utama. Sagu makanan yang menyehatkan, bieothanol, gula untuk industri makanan, minuman, pakan ternak, industri kertas, farmasi dan lain sebagainya.

Pabrik sagu di Distrik Kais, Sorong Selatan, Papua Barat, yang dibangun Perum Perhutani diharapkan mempercepat pembangunan di Papua dan Papua Barat, khususnya kedaulatan pangan berupa sagu.

Mustoha menilai, Indonesia sangat berpotensi menjadi produsen sagu terbesar di dunia. Pasalnya, mayoritas pohon sagu tumbuh kembang di tanah air ini.

Tanaman sagu di Indonesia luasnya kurang lebih 1,4 juta Ha. Termasuk di Papua lebih kurang 1,2 juta Ha. Di Papua Barat diperkirakan luasnya 600 ribu Ha, dan Sorong Selatan sekitar 349 ribu Ha hutan sagu.

Pohon sagu yang mati tersebut dapat berpengaruh buruk terhadap regenerasi rumpun-rumpun sagu lantaran terjadi degradasi pohon. Sebab, tanaman yang mati ini akan menjadi racun bagi anakan pohon yang akan tumbuh selanjutnya.

“Kualitas pohon sagu Raja asal Papua bisa menghasilkam sagu hingga 900 kilogram per batang, berbeda dengan pohon sagu di barat Indonesia dan Malaysia yang menghasilkan tepung sagu maksimal 150 Kg sampai 250 Kg per batang,” jelas dia.

Harga jual sagu pun dinilai akan terus meningkat. Pada 2012, harga jual sagu sebesar Rp 5800 hingga Rp6.800 per kilogram. Pada 2015, harga meningkat menjadi Rp6.800 per kilogram.

Perhutani akan mendapatkan Rp100 miliar per tahun dari penjualan sagu ini. Mereka akan menggunakan sekitar 40 pekerja di pabrik dan 400-500 pekerja di lahan hutan sagu. (ari)

Berita Lainnya

Terkini