Bank Indonesia Nilai Inflasi Bali Hingga Februari Rendah dan Terkendali

2 Maret 2021, 19:44 WIB

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno
Nugroho/dok.

Denpasar – Bank Indonesia menilai bahwa inflasi Bali sampai dengan
bulan Februari masih dalam keadaan rendah dan terkendali. Sementara pada bulan
Februari 2021 Provinsi Bali mengalami deflasi sebesar 0,15% (mtm).

Deflasi ini terjadi di semua kelompok barang, yaitu volatile food,
administered price, dan core. Secara spasial, kota Den pasar mengalami deflasi
sebesar 0,20% (mtm), sedangkan kota Singaraja mengalami inflasi sebesar 0,22%
(mtm).

Secara tahunan (yoy), Bali mengalami inflasi sebesar 0,43% dimana lebih rendah
dibanding inflasi nasional 1,38%.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho
mengungkapkan, kelompok volatile food mengalami deflasi sebesar 0,15% (mtm)
dibandingkan bulan sebelumnya.

Disebutkan, penurunan harga terlihat utamanya pada komoditas daging ayam ras,
jeruk, tomat, bawang merah, dan mangga.

“Penurunan harga komoditas ini merupakan normalisasi harga pasca permintaan
yang tinggi di Januari 2021 serta telah dimulainya panen raya untuk komoditas
hortikultura,” ungkap Trisno dalam siaran pers, Senin 1 Maret 2021.

Namun demikian, produk-produk holtikultura dan sayuran, seperti cabai rawit,
cabai merah, sawi hijau, dan bayam justru menunjukkan inflasi yang tinggi
sehingga patut diwaspadai dan diantisipasi oleh TPID.

Kelompok barang administered price mencatat deflasi sebesar 0,39% (mtm),
terutama disebabkan oleh turunnya tarif angkatan udara dan tarif kendaraan
roda dua online.

Tarif angkutan udara yang turun tersebut sejalan dengan pembatasan mobilisasi
masyarakat (PPKM) dan juga normalisasi harga pasca libur panjang yang
berlangsung hingga awal Januari 2021.

Kelompok barang core inflation mencatat deflasi sebesar 0,09%. Penurunan harga
komoditas emas perhiasan dan canang sari menjadi penyumbang deflasi utama.

Selanjutnya, penurunan harga emas sejalan dengan redanya rally investor
sejalan dengan perekonomian dunia yang diprakirakan pulih lebih cepat dari
estimasi awal.

Adapun penurunan harga canang sari juga merupakan normalisasi pasca beberapa
HBKN di bulan Januari, di antaranya Hari Raya Saraswati.

Bank Indonesia menilai bahwa inflasi Bali sampai dengan bulan Februari masih
dalam keadaan rendah dan terkendali. Namun demikian, berberapa komoditas
seperti cabai rawit dan cabai merah level harganya masih menunjukkan trend
kenaikan.

Sementara itu, Hari Raya Nyepi yang jatuh di bulan Maret diprakirakan akan
meningkatkan permintaan untuk bahan makanan dan canang sari.

Menghadapi potensi tantangan tersebut, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)
baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota terus melakukan kerja sama
antar daerah, mengoptimalkan pemanfaatan mesin controlled atmosphere storage
(CAS), dan menghimbau agar petani tetap menanam sesuai dengan siklusnya agar
pasokan tetap mencukupi.

Bank Indonesia terus mendorong pemanfaatan teknologi dalam pemasaran
produk-produk pertanian (e-commerce) dan dalam produksi (digital farming).
(rhm)

Berita Lainnya

Terkini