Bantu Penyembuhan Pasien, Rumah Sakit Didorong Optimalkan Terapi Nutrisi

2 Maret 2017, 23:58 WIB

NUSA DUA – Fresenius KABI Indonesia dan Kalangan pakar hingga praktisi kesehatan mendorong rumah sakit di Tanah Air agar lebih mengoptimalkan terapi nutrisi sebagai bagian penting dalam upaya membantu mempercepat penyembuhan pasien khususnya rawat idap.

Direktur Fresinus KABI Indonesia Dr Ian KLoer mengungkapkan, terapi nutrisi menjadi bagian dari pengobatan dalam mengoptimalkan pasien khususnya yang menjalani rawat inap di rumah sakit. Dengan memperhatikan terapi nutrisi nantinya pasien yang menjalani rawat inap bisa lebih pendek longstay atau lama menginap sehingga pasien lebih cepat pulang.

Pasalnya, lama tidaknya pasien menginap di rumah sakit sangat mempengaruhi biaya di mana penerapan BPJS komponen biaya menjadi faktor penting.

“Terapi nutrisi membantu proses penyembuhan pasien sehingga bisa menekan biaya,” tegas Ian kepada awak media menjelang pertemuan Frasenius Kabi Advance Nutrition Course (Franc) Asia 3-4 Maret di Nusa Dua, Badung, Bali.

Menurutnya, di banyak negara membuktikab bahwa pasien-pasien yang tertangani terapi nutrisinya jauh lebih baik dan cepat proses penyembuhannya dibanding pasien yang mengalami malnutrisi.

Malnutrisi adalah suatu kondisi dalam tuuh yang menunjukkan kekurangan atau kelebihabn atau justru ketidakseimbangan energi, portein atau nutrsi lain yang menyebabkan dampak pada jaringan tubuh, bentuk dan fungsi tubuh.

Ian menambahkan, sudah menjadi komitmen pihaknya untuk menggiatkan terapi nutrisi lewat kerja sama dengan asosiasi-asosiasi untuk mengedukasi, awarness, menyemangati baik lewat terapi nutrisi oral, selang, hingga infus ke saluran penceranaan

Untuk itu, selama dua hari ini kegiatan FRANC ke 17, dihadiri negara-negara Asia terdiri 300 peserta luar negeri dan 70 peserta dari Indonesia. Mereka menyampaikan pandangan, penelitian dalam simposium yang merupakan ajang untuk update ilmu-ilmu terkini baik terapi nutrisi maupun manajemen nutrisi di Indonesia.

Dalam kesempatan sama, Prof Dr. Jonathan Asprer dari University of Santo Tomas, Filipina mengunkapkan malnutrisi pasien rawat inap merupakan masalah yang banyak terjadi di negara berkembang maupun negara maju.

Kata dia, malnutrisi pasien merupakan masalah yang harus segera ditangani. Karena terpenuhinya kebutuhan nutrisi pasien sangat membantu proses penyembuhan yang berarti mengurangi waktu rawat inap pasien. “Selain itu bisa  meningkatkan kualitas hidup pasien dan menurunkan total biaya terapi yang harus dikeluarkan,” kata Jonathan.

Bagi pasien bahwa keseluruhan biaya terapi merupakan beban finansial kesehatan yang menjadi isu fundamental dalam pelaksanaan jaminan kesehatan nasional hampir setiap negara, termasuk Indonesia melalui BPJS. Pentingnya terapi nutrisi bagi pasien rawat inap ini menjadi topik utama dalam dalam kegiatan konferensi mengenai nutrisi tersebut.

Tanda paling jelas dari kekurangan nutrisi adalah penurunan energi atau penyerapan nutrisi yang diketahui dengan penurunan berat badan, perubahan komposisi tubuh termasuk kehilangan lemak tubuh, masa tubuh dan pengeluaran cairan tubuh yang relatif banyak.

Tingginya insiden malnutrisi di rumah sakit mencapai 30 persen hingga 50 persen. Bahkan 70 persen pasien tidak terdeteksi karena kurangnya pelatihan dan kesadaran tenaga kesehatan di rumah sakit akan pentingnya mengetahui kondisi nutrisi pasien.

Melihat pada kondisi tersebut, kegiatan Franc Asia diadakan sebagai upaya mengajak berbagai pihak, pemerintah dan tenaga kesehatan, untuk mengupayakan terapi nutrisi bagi pasien, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien.

Dalam pandangan Dr. dr. Ike Sri Redjeki Perwakilan dari Indonesian Society of Parenteral and Enteral Nutrition (Inaspen) malnutrisi menyebabkan berbagai konsekuensi serius seperti masa rawat inap yang lebih panjang, tingkat kematian lebih tinggi, kebutuhan terapi yang lebih intensif dengan risiko komplikasi yang lebih tinggi dan seterusnya.

Ia menambahkan, malnutrisi disebabkan beberapa faktor seperti masalah pencernaan yang menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi, asupan makanan tidak memadai yang diakibatkan berbagai faktor (misalnya tidak mampu makan sendiri, kondisi gigi.

Kemudian, keterbatasan sosial atau finansial dan lain-lain) atau bisa juga disebabkan karena kebutuhan yang meningkat akibat penyakit kronis, penyakti ganas, penyakit liver, hipertiroid atau berbagai penyakit lainnya.

“Selain itu ada beberapa faktor lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya malnutrisi adalah seperti berusia lanjut di atas 65 tahun, orang dengan penyakit jangka panjang seperti diabetes, ginjal dan paru-paru kronis. Mereka yang dengan penyakit kronik progresif seperti kanker serta mereka yang menggunakan narkoba,” ujarnya dalam pertemuan yang dihadiri pula Ketua Asosiasi Rumah Sakit Vertikal Indoensia Prof Dr Abdul kadir.

Jika malnutrisi ditangani dengan optimal sehingga memiliki status nutrisi yang lebih baik selama masa perawatan, pasien akan mengalami komplikasi yang lebih sedikit dengan risiko infeksi minimal serta proses penyembuhan luka yang lebih baik.

Hal tersebut akan mempecepat mobilisasi dan proses penyembuhan pasien dan tentunya masa rawat pasien akan lebih singkat.

“Sepulangnya pasien dari rumah sakit juga terbukti bahwa risiko terjadinya re-hospitalisasi (kekambuhan) menjadi lebih minimal dengan perbaikan tingkat kelangsungan hidup sehingga kualitas hidup pasien akan lebih baik,” imbuhnya. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini