Bantu Pulihkan Pariwisata, Menteri Arief Apresiasi Media di Bali

Suasana diskusi tim crisis center Kemenpar, praktisi pariwisata dengan jurnalis di Bali (foto:kabarnusa)

Kabarnusa.com – Menteri Pariwisata Arief Yahya menyampaikan apresiasi kepada kalangan media di Bali yang pemberitaanya dinilai cukup positif dalam upaya membantu memulihkan citra pariwisata pasca-aksi kerusuhan di Denpasar hingga insiden bom Thamrin, Jakarta

Hal itu sebagaimana disampaikan Ervik AS dari Tim Public Relations Crisis Center Kementerian Pariwisata Crisis Center Kementerian Pariwisata, menanggapi pemberitaan menyangkut insiden teror bom hingga kerusuhan dari media lokal, nasional dan internasional.  

“Crisis Center telah memantau 200 media baik nasional dan internasional di 15 negara seperti Australia, Tiongkok, Korea, Jepang, Eripa hingga Amerika,” tandasnya kepada awak media di Denpasar, Jumat (22/1/2016) malam.

Sebagaimana diketahui, dunia pariwisata Indonesia turut terkena dampak dari berbagai krisis kebencanaan seperti meletusnya Gunung Raung hingga paling anyar, kerusuhan antar ormas di Denpasar hingga teror bom di Thamrin, Jakarta.

“Akibat kebencanaan yang terjadi itu dilakukan buka tutup bandara I Gusti Ngurah Rai, sekira dua pekan minggu sehingga potensial lost wisatawan hingga 10 ribu oang dan spending money dalam jumlah cukup signifkan,” terangnya dalam silaturahmi dengan awak media cetak dan online di Bali itu.

Menurutnya, segala hal yang tidak terduga sebelumnya seperti bencana alam hingga insiden kerusuhan itu, harus diantisipasi dengan baik oleh semua pihak. Di sanalah, peran pentingnya crisis center dalam mempercepat pemulihan situasi.

Dari amatan Kemenpar, kata Ervik, pemberitaan media lokal di Bali, dinilai cukup proporsional dan memberi efek positif bagi pemulihan pariwisata.

Dicontohkan, saat kerusuhan di Lapas Kerobokan yang menjalar ke bentrokan di Teuku Umar, Denpasar, dari amatan Kemenpar, ada 240 pemberitaan di mana 70 persen yang didominasi media nasional dan asing dengan mengangkat judul kerusuhan di Bali.

Sedangkan sisanya 30 persen adalah media lokal yang pemberitaannya dilokalisir dengan mengangkat kerusuhan atau bentrokan itu, terjadi di Kerobokan, Denpasar.

Pemberitaan tersebut dinilai berdampak positif bagi citra pariwisata Bali khususnya karena, tidak memblowup kejadiannya di Pulau Bali. Berbeda dampak yang ditimbulkan bagi wisatawan, jika sebuah insiden atau bencana itu diberitakan terjadi di Bali,

“Ibaratnya jarum jatuh di Bali saja, bisa terdengar ke seluruh dunia, sehingga hal itu sangat mempengaruhi citra kenyamanan, keselamatan, kedamaian Bali sebagai daerah etalase pariwisata Indonesia,” imbuhnya. 

Demikian pula. saat ada isu ancaman bom di Buleleng, yang banyak diberikan media dari luar Bali, setelah ada statemen Kapolri bahwa hal itu tidak benar sehingga memberi kesan positif dalam mempercepat pemulihan situasi.

“Bapak Menteri Arief Yahya, menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang tinggi kepada media di Bali, yang memberitakan sesuatu yang seharusnya, media telah beperan besar menginformasikan hal positif kepada masyarakat,” tandasnya dalam pertemuan yang dihadiri pula Ketua ASITA Bali Ketut Ardana dan dipandu Pimpred Harian Fajar Bali Emanuel Dewata Oja (Edo).

Kata dia, Menteri Arief memandang, visi media di Bali cukup bagus, memiliki tanggungjawab terhadap pencerdasan masyarakat dan membangun citra positif daerah.

Menurutnya, media di Bali mampu membangun kekompakan dan kerja sama dengan visi yang berperspektif melihat kasus per kasus.

“Menteri Pariwiisata menyampaikan salam dan apresiasi kepada media di Bali yang memberitakan kasus per kasus. Inilah kontribusi media yang memberi manfaat bagi masyarakatnya,” tutupnya. (rhm)