KUDUS – Belasan lulusan dari MA. NU. Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus, memastikan diri melanjutkan studi lanjut di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir dan Yaman pada 2018 ini.
Ke-11 santri TBS yang akan melanjutkan studi ke Mesir itu, adalah Zaki Ahmad Faruq, Chusni Akmal Kisai, M. Ibnu Faqih Alfikri, Alaikassalam, Nurrohmad, Moh. Rifki Ashfal Muna, M. Saiful Fahmi, Aufa Nailul Muna, Azka Sabili, Abdulloh Dzulfikri, dan Abdulloh Mubarok.
Selain itu, empat lulusan TBS lain tahun 2018 ini akan melanjutkan studi di Yaman, yaitu Qodri Azizi dan Royyan Royyanal Ilah yang akan studi di Universitas Al-Ahgaff, sedang Muhammad Hasan Arif dan Muhammad Basuni Baihaqi akan meneruskan ke Jami’ah Al-Imam Assyafi’iy.
Para lulusan TBS yang tidak hanya berasal dari Kudus, tetapi ada juga yang berasal dari Batang, Pati dan Pekalongan, memanfaatkan waktu luangnya sowan ke para kiai dan guru-guru sembari menunggu keberangkatan.
Mereka juga menyempatkan bersilaturahmi ke madrasah, yang pada kesempatan itu diterima oleh Wakil Kepala Bidang Kurikulum, KH. Nur Khamim LC. Pg.D. KH. Nur Khamim LC. Pg.D memberikan masukan-masukan dan pesan-pesan kepada para santri yang akan segera melanjutkan studi ke negeri seberang itu.
“Untuk yang belum hafal al-Quran, ditambah hafalannya sehingga di sana nanti bisa lebih ringan,” katanya.
Ia berpesan, agar di negara tempatnya belajar, para santri bisa memanfaatkan kesempatan dengan baik, termasuk mengunjungi situs-situs bersejarah yang ada di Mesir maupun Yaman, terlebih situs-situs sejarah yang ada kaitannya dengan Islam.
“Di Mesir dan Yaman banyak sekali situs-situs bersejarah yang bisa dikunjungi. Manfaatkan kesempatan di sela-sela waktu luang untuk mengunjungi situs-situs bersejarah tersebut,” ujarnya. Sebelum berangkat, mereka diharapkan menyempatkan sowan ke kiai-kiai sepuh TBS dan menziarahi makam para masyayikh.
“Selain itu, jaga darah dan jiwa TBS. Darah dan jiwa TBS itu adalah ahlussunnah waljama’ah (Aswaja). Tetaplah tawadlu’ pada kiai dan guru-guru. Sepandai apapun Anda, ada peran masyayikh dan guru-guru kita di sana,” ungkapnya.
Baik di Mesir maupun Yaman, kurikulumnya adalah Aswaja. “Kurikulum di Mesi dan Yaman adalah Aswaja, maka pulang pun (setelah selesai studi-Red) harus tetap di Aswaja,” tutur KH. Nur Khamin yang juga pengasuh Pondok Tahfidh Putri Yanbu’ul Qur’an 2 Muria menandaskan. (*)