Bentuk Karakter dan Kemampuan Anak Lewat Metode “Bahasa Ibu” Suzuki

23 Juni 2016, 19:24 WIB
Ketua Asosiasi Musik Suzuki Indonesia (SMAI) Therese Wirakesuma saat konferensi pers di Nusa Dua (foto:kabarnusa)

Kabarnusa.com – Memiliki anak yang memiliki pengetahuan, kemampuan dan berkepribadian tentunya menjadi dambaan setiap orang tua. Kini metode yang diciptakan Dr Shinichi Suzuki yang dikenal dengan metode “bahasa ibu” terus kian diterima orang tua dan terus berkembang di Asia.

Menurut Therese Wirakesuma pendiri Talent Education Research Institute, dalam pendekatan atau metode yang diajarkan Suzuki, anak-anak yang berusia tiga tahun sekalipun sejatinya bisa bermain alat musik seperti biola atau alat musik lainnya.

“Itu sama saja ketika mereka belajar bahasa bersama ibu dan ayahnya,” papar Therese di sela  Konferensi Musik Suzuki se-Asia ke-6 atau The 6th Asia Region Suzuki Music Conference 2016 di Bali International Convention Center (BICC) The Westin Resort Nusa Dua, Bali kamis (23/6/2016).

Menurutnya, dengan semangat dan kasih sayang orang tua atau keluarganya kemudian lingkungan yang mendengarkan serta tahapan yang teratur dan berlatih, pentas hingga mengulang repertori musk klasik, anak-anak akan tumbuh seimbang.

“Anak akan tumbuh dengan harmoni sebagaimana musik yang bagus,” sambungnya.

Karenanya Ketua Asosiasi Musik Suzuki Indonesia (SMAI) iniu menegaskan, tujuan metode tersebut tak lain, bagaiman mengembangkan filosofi dan pengajaran metode Suzuki di Indonesia.

Dalam ajang koferensi yang merupakan agenda konferensi musik suzuki se-Asia ke-6 yang digelar SMAI pada 26-30 Juni 2016 di Bali itu, akan memperkenalkan musik dan seni budaya yang beragam kepada anak-anak dari berbagai negara.

Setiap dua tahun sekali, negara yang berbeda di kawasan Asia menjadi tuan rumah konferensi musik yang menghadirkan ratusan komunitas musik di kawasan itu.

“Ajang ini sekaligus mempromosikan metode pembelajaran musik klasik dengan metode bahasa ibu, berbagi ide dan metode hingga workshop,” sebutnya.

Dalam pandangan anggota panitia konferensi Avanti Fontana menambahkan, metode pembelajaran Suzuki atau juga disebut pendidikan talenta beroientasi pertama pembentukan karakter genarasi muda.

“Setelah itu, barulah kemampuan atau kompetensi sosialnya,” tutur Avanti.

Dari pengalamannya sebagai ibu yang juga menerapkan pendekatan Suzuki, memang dukungan atau kehadiran ibu atau orang tua, sangatlah penting bagi pembentukan karakter dan semangat belajar anak.

Jadi, para orang tua jangan sampai bosan, untuk mendampingi anak-anak mereka ketika belajar. Sebab, dalam proses itu ada interaksi, komunikasi yang bagus dibangun antara hubungan anak dan orang tua.

Demikian pula, pembelajaran, pengajaran dan pembelajaran seni musik menjadi salah satu car membangun dan membentuk karakter mulia, kreatif dan inovasi serta mampu menciptakan karya-karya baru.

Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) ini menuturkan, ekspresi-ekspresi yang dihasilkan dalam pembelajaran musik seperti apresiasi, kreasi, harmoni dan keindahan dapat diintegrasikan dengan pendidikan multikultiral dalam kehidupan universal.

“Orang tua dan guru berperan sebagai fasilitator dalam proses pendidikan generasi muda,” sambung Avanti yang Ketua Umum Yayasan Planet Inovasi itu.

Sementara Wakil Ketua SMAI Stephen cahyadi, menambahkan, bahwa berbagai seni budaya selama konferensi itu, akan menampilkan ratusan anak-anak dari berbagai belahan dunia bertemu memainkan musik bersama.

“Mereka ini, tidak pernah bertemu sebelumnya, akab bermain musik, juga akan tampil musisi pengajar Suzuki Interasional seperti Iskandar Wijaya, Amy Barston, Victor Yen dan lainnya,” sebutnya.

Mereka akan tampil dalam konser pada Senin-Rabu (27-29 Juni 2016 pukul 19.30-20.30 Wita.

Selain itu, pertemuan tingkat dunia itu akan disemarakkan dengan aktivitas kebudayaan seperti tarian dan gamela Bali, tari kecak di pantai, pemeran seni tradisional, konser pelajar. konser pengajar dan konser festival seni Indonesia. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini