Rembang – Gelombang laut yang ganas terus menerjang garis pantai di beberapa wilayah Kabupaten Rembang, menyebabkan abrasi yang semakin parah. Pemerintah daerah telah mengambil langkah cepat dan berencana untuk memulai penanganan abrasi pada pertengahan tahun 2025.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Rembang, Sri Jarwanti, menyampaikan usulan penanganan abrasi telah disetujui oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, instansi yang berwenang dalam hal ini. Proyek ini dijadwalkan akan dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2025.
“Kita semua berharap agar penanganan abrasi ini dapat segera diatasi dan kerusakan pantai dapat dicegah,” ucap Sri Jarwanti dikutip dari rembangkab.go.id, Senin 3 Februari 2025.
Sri Jarwanti, menjelaskan bahwa penanganan abrasi akan dimulai pada pertengahan tahun 2025, sekitar bulan Juni atau Juli. Waktu pengerjaan ini dipilih dengan mempertimbangkan kondisi cuaca ekstrem dan gelombang laut yang normal.
Disebutkan Sri Jarwanti, ada empat titik abrasi yang menjadi fokus penanganan, yaitu:
Pertam, Pantai Caruban
Kedua, Desa Belimbing, Kecamatan Sluke
Ketiga, Desa Pandangan Kulon, Kecamatan Kragan
Keempat, Pantai di Desa Tanjungsari dan Kelurahan Pacar, Kecamatan Rembang
Bentuk penanganan di masing-masing titik akan disesuaikan dengan tingkat abrasi yang terjadi. Pemerintah daerah akan terus berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan penanganan abrasi ini dapat berjalan lancar dan efektif.
Pemerintah Kabupaten Rembang terus berupaya mencari solusi untuk mengatasi abrasi yang semakin parah di wilayahnya. Koordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana telah membuahkan hasil.
Kepala Pelaksana BPBD Rembang, Sri Jarwanti, menjelaskan bahwa beberapa titik abrasi telah memiliki rencana penanganan yang jelas.
“Kami sudah berkoordinasi dengan BBWS. Untuk Pantai Caruban yang kerusakannya paling parah, diusulkan pembangunan breakwater sepanjang 270 meter. Kemudian, untuk Sluke diusulkan penanganan sepanjang 250 meter dengan material batu, dan di Tanjungsari-Pacar sepanjang 320 meter juga dengan material batu,” jelasnya.
Tantangan di Desa Pandangan Kulon
Sayangnya, penanganan untuk Desa Pandangan Kulon masih belum bisa dipastikan. Saat tim BBWS Pemali Juana melakukan survei ke lokasi, cuaca buruk menghalangi mereka untuk menentukan tindakan yang tepat.
“Di Pandangan Kulon masih belum bisa ditentukan bentuk penanganan abrasi-nya. Pasalnya saat BBWS Pemali Juana meninjau lokasi, cuaca sedang tidak bersahabat,” ujar Sri Jarwanti.
Harapan untuk Masa Depan
Meskipun demikian, pemerintah daerah tetap optimis bahwa upaya ini akan memberikan dampak positif bagi masyarakat Rembang. Mereka berharap kerusakan pantai dapat diminimalisir dan permukiman warga di wilayah pesisir dapat terlindungi.. ***