Berkah Angka 7, Muluskan Putu “Liong” Sudiartana ke Senayan

25 April 2014, 08:23 WIB
PUtu+Sudiartana
Putu Sudiartana (kanan) bersama mantan Bupati Jembrana Gede Winasa (Foto:KabarNusa)

KabarNusa.com, Denpasar – Meski
tergolong baru bergabung di Partai Demokrat karir politik Putu
Sudiartana langsung melesat tembus menjadi wakil rakyat di Senayan pada
pemilihan legislatif 9 April 2014. Keberhasilannya tak lepas angka 7
yang menjadi nomor urutnya sesuai angka keajaiban nomor urut Partai
Demokrat.

Bersama
Sekretaris Majelis Tinggi DPP Partai Demokrat Jero Wacik, Sudiartana
menjadi wakil rakyat Bali di DPR RI Periode 2014-2019, dengan mengatongi
perolehan 73.348 suara.

Sosok Sudiartana mulai mencuat ketika
dirinya digandeng mantan Bupati Jembrana Gede Winasa untuk maju dalam
pencalonan pemilihan Gubernur Bali pada 15 Mei 2013. Sayang, belum
sempat bertarung, langkahnya terhenti karena tidak lolos verifikasi KPU
Bali setelah dukungan parpol pengusungnya tak mencukupi ketentuan 15
persen.

Pria bertubuh tambun ini, tak patah semangat sekalipun
harus gagal untuk kedua kalinya setelah tahun 2009 lalu lewat Partai
Pengusaha yang menyokongnya, tidak tembus sebagai peserta pemilu.

Berkat
peran Ketua DPD Partai Demokrat Bali Made Mudarta akhirnya Sudiartana
yang akrab disapa Putu Liong itu, bergabung dengan partai besutan Susilo
Bambang Yudhoyono. Tidak main-main, dia langsung menjadi caleg untuk
DPR RI meskipun menempati nomor urut sepatu alis buncit.

Rupanya,
dengan nomor urut 7 itulah, sesuai nomor peserta Partai Demokrat dalam
pemilu, menjadi awal keberuntungan bagi pemimpin sebuah media lokal di
Bali. Menjelang hingar hingar bingar kampanye, wajah Sudiartana mulai
mudah dilihat lewat berbagai atribut seperti baliho, spanduk dan
lainnya.

“Ya, nomor urut 7 jadi berkah keajaiban, seperti Partai
Demokrat selama tiga tahun ini dibantai di media, tetapi tetap eksis,”
ujar Mudarta dihubungi terpisah. Perolehan suaranya, juga berkapala  angka tujuh.

Mudarta menggarisbawahi, mereka caleg
yang benar-benar mau turun ke masyarakat, mendengarkan apa yang menjadi
keinginan, harapannya yang tidak hanya saat akan meminta dukunga,
tentunya akan mendapat simpati dan kepercayaan yang tinggi.

Begitulah,
akhirnya wajah pria berkumis ini bertebaran di segala penjuru Bali,
bahkan stiker bergambar dirinya sebagai caleg DPR RI, menghiasai
mobil-mobil keluarga hingga mobil mewah yang diusung tim sukses dan para
pendukungnya ketika blusukan ke masyarakat.

Muncul banyak
pertanyaan, berapa anggaran kampanye yang dia habiskan untuk bisa meraup
dukungan masyarakat Bali. Untuk soal ini, Sudiartana belum  bersedia
membebernya kepada media.

“Kuncinya turun ke masyarakat,
tidak ada yang lebih, kita harus dengar aspirasi jeritan mereka. saya
turun tidak selalu bawa uang,” katanya lewat sambungan telefon dihubungi
KabarNusa.com pada Kamis malam 24 April 2014.

Dengan hadir di
tengah masyarakat ketika dibutuhkan menjadi hal penting bagi wakil
rakyat. Kemauan mendengarkan keluhannya, tidak sebaliknya, setelah
menjabat kemudian malah menjauh.

“Masyarakat cenderung berfikiran
positif dengan calon pemimpin yang mau turun ke bawah, mereka melihat
bukan uang yang menjadi ukuran,” tutur politisi asal Kecamatan
Abiansemal, Badung itu

Hanya saja, diakuinya, tetap ada sebagian
kelompok masyarakat yang terjebak pada politik transaksional yang
mensyaratkan dukungan dengan uang.

Untuk urusan itu, Sudiartana mengklaim bisa mengatasi dengan berbagai jurus berkelit, namun akhirnya bisa menyadarkan mereka.

“Jika
harus memberi uang saya tidak bisa jawab, tetapi saya katakan, lebih
bagus bawa program, saya sampaikan visi misi yang akan mewakili rakyat,
jika terpilih,” ucap pengusaha sukses bidang properti itu.

Bertemu
dengan orang atau kelompok masyarakat yang berfikir pragmatis seperti
itu, biasanya dia memberikan pemahaman agar semakin sadar. Jika saat ini
memberi uang, maka akan selesai saat itu juga.

Jika caleg hanya
membeli suara, hal itu hubungan tidak akan berlangsung lama. Lain lagi,
jika mereka memberikan kepercayaan, selama lima tahun itulah,
bantuan-bantuan yang diharapkan justru akan bisa menjamin kontinuitas
dan dirasakan lebih banyak masyarakat.

Yang menjadi kunci
keberhasilanya juga, adalah meminta dukungn dengan memanfaatkan jaringan
yang dimiliki mulai teman sekolah, di kampung, organisasi, pekerjaan
dan seterusnya.

Kini, setelah langkahnya jelas menuju ke Senayan,
Sudiartana berjanji akan lebih fokus berjuang ke pusat bersama Jero,
dalam mewujudkan pembangunan infratruktur di Bali yang masih timpang.
(rma)

Artikel Lainnya

Terkini