Berlayar Singgahi Bali, Pengusaha Swiss Promosikan Energi Listrik dari Limbah Plastik

11 Juni 2019, 19:51 WIB
Wagub Bali Cok Ace (Kanan) mendengarkan paparan soal energi listrik dari limbah sampah dari pengusaha Swiss

Badung – Limbah plastik jika dikelola dengan baik bisa diubah menjadi energi listrik sehingga hal itu bisa mengurangi permasalahan sampah seperti di Pulau Bali. Bali memiliki masalah sampah Plastik, dimana sampah plastik yang dihasilkan perharinya mencapai 400 ton.

Pemerintah Provinsi Bali mengeluarkan kebijakan strategis berupa Peraturan Gubernur Bali (Pergub) No.97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai.

Namun hal ini tentunya belum 100 persen berhasil mengatasi permasalahan sampah plastik yang ada di Bali sehingga Pemerintah Provinsi Bali membuka peluang bagi masyarakat maupun investor luar untuk ikut memberikan solusi dalam penanganan sampah plastik agar Bali bebas sampah plastik.

Pendiri Yayasan Race For Water Marco Simeoni yang juga merupakan seorang wirausahawan Swiss mengungkapkan, yayasannya memiliki dedikasi terhadap pelestarian air, khususnya lautan.

Melalui ekspedisi melakukan pelayaran ke seluruh dunia menggunakan Kapal Odyssey ramah lingkungan, selalu mendorong solusi lokal untuk mengubah limbah plastik menjadi energy listrik di tiap tempat persinggahannya.

“Model daur ulang yang ada saat ini harganya 15 hingga 20% limbah plastik yang dikumpulkan untuk didaur ulang,” katanya kepada wartawan di Tanjung Benoa, pada (11/6/2019).

Sedangkan lebih dari setengah bahan yang dikumpulkan tidak dapat didaur ulang karena alasan kesehatan, keselamatan, kualitas dan kontaminasi, serta bahan daur ulang yang mahal mendukung penggunaan sampah plastik baru.

Untuk itu, dalam mengantisipasi plastik circular economy yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, pihaknya menghadirkan solusi relialistis yang digunakan dalam skala besar.

“Kami menawarkan teknologi pirolisis suhu tinggi tanpa pembakaran (850 derajat C) yang dikembangkan untuk mengubah semua sampah plastik menjadi listrik,” tuturnya.

Jumlah sampah palstik yang dapat diolah setiap hari sebesar 5 hingga 12 Ton, dengan jumlah perton sampah tersebut dapat menghasilkan listrik hingga 2,5 MWh yang dapat mencangkup kebutuhan 6.000 rumah tangga didaerah-daerah tertentu.

Wirausahawan yang sudah berlayar lebih dari 35 persinggahan di seluruh dunia mempromosikan teknologi ini, berharap dapat membantu Bali dan dapat menjawab permasalahan dalam pengurangan sampah plastik.

Ia mengaku selain mengadakan konferensi pers, mengadakan beberapa kegiatan selama di Bali seperti WOAH festival-Beach Clean Up pada tanggal 8 Juni, Mengunjungi sekolah-sekolah Negeri dan Internaisonal yang ada di Bali guna edukasi pengurangan sampah plastik, dan Wokrshop Pengolahan Sampah Plastik menjadi Energi pada tanggal 13 Juni.

Sementara, sambutan Gubernur Bali Wayan Koster yang dibacakan oleh Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati memberikan apresiasi dan menyambut baik Yayasan “Race For Water” yang memilih Bali sebagai tempat berlabuh dan memberikan edukasi terkait solusi penanganan sampah plastik khususnya di lautan.

Terlebih Bali sebagai salah satu destinasi pariwisata dunia kita harus cepat bergerak dan mencari solusi bagaimana cara untuk mengurangi sampah plastik. “Dengan demikian potensi Bali sebagai destinasi wisata dunia tidak terkubur dengan adanya sampah plastik,” ujarnya.

Ia berharap yayasan yang memiliki teknologi dalam mengolah limbah plastik menjadi energy listrik dapat menjadi salah satu solusi yang bisa diadopsi oleh Bali dalam mengurangi sampah plastik.

“Kedepan kita akan bekerjasama dengan salah satu Kabupaten terlebih dahulu sebagai pilot project dalam penerapan teknologi ini,“ tutupnya. (riz)

Berita Lainnya

Terkini