Maha Guru Aertrya Narayana melakukan pertapaan di Hutan Negara Desa Tambakan Kubutambahan Buleleng |
BULELENG – Petugas gabungan mengevakuasi seorang pertapa dengan nama Maha Guru Aertrya Narayana yang melakukan ritual pertapaan di dalam hutan negara Desa Tambakan Kecamatan Kubutambahan, Buleleng Bali.
Narayana yang diketahui membuat sebuah pertapaan akhirnya berhasil dibujuk petugas yang kemudian mengevakuasinya dari dalam hutan negara itu, Jumat (18/8/2017).
Sekira puluhan petugas gabungan KRPH Provinsi Bali, Petugas Kehutanan Bali Utara, Linmas Desa Tambakan bersama Bhabinkamtimbas dan Babinsa serta Sekdes Tambakan mendatangi lokasi pertapaan Narayana yang mengaku dari Puri Kesiman Denpasar.
Kapolsek Kubutambahan, AKP I Komang Sura Maryantika menuturkan, yang bersangkutan mengaku berasal dari Puri Kesiman yang sudah masuk dan tinggal di dalam hutan negara Desa Tambakan.
“Dia tinggal di kawasan hutan tanpa izin dari instansi terkait, sehingga kami ajak keluar meninggalkan hutan sekarang,” jelas Maryantika.
Jika menolak, besar kemungkinan akan dilakukan upaya paksa oleh pihak kehutanan dan Desa, karena dinilai telah melanggar aturan kehutanan, yaitu masuk kawasan hutan tanpa izin,” ungkapnya.
Lokasi pertapaan maha guru Aertrya Narayana di kawasan hutan negara di Buleleng |
Maryantika menjelaskan, petugas membutuhkan waktu hingga tiga jam lamanya untuk sampai ke lokasi pertapaan tersebut. Tim Evakuasi tiba di lokasi pertapaan Maha Guru Aertrya Narayana dan langsung melakukan pendekatan dengan membujuk Sang Maha Guru agar mau keluar dari lokasi hutan.
Dengan pendekatan persuasif, Narayana mau meninggalkan lokasi pertapaannya di Kawasan Hutan Puncak Manggu sembari membawa barang-barang miliknya. Terdapat patung Dewa Betangan delapan, selain itu, petugas membongkar pelinggih yang terbuat dari kayu dan tenda tempat berteduh.
Setelah diajak keluar hutan lindung, Narayana sementara ditampung di rumah Komang Awit warga di Dusun Selangki Desa Tambakan. Hanya saja, Sang Maha Guru lebih memilih tinggal di kandang sapi yang berada di kebun.
Selain itu, Tim Evakuasi juga telah menghubungi pihak keluarga di Denpasar. Keterangan yang disampaikan, Narayana, dia ingin berupaya kembali menempati pertapaannya itu sehingga masih berupaya mengurus izin ke instansi terkait.
Dia berharap diberikan izin untuk mempergunakan kawasan Puncak Manggu itu untuk bertapa. Bahkan, dia bertekat melanjutkan rencana membuat tempat suci Pura Campuan Narayana dan Pura Beji. (gde)