BI Dorong Penggunaan Inovasi Berbasis Digital dalam Pengembangan Kewirausahaan

19 Februari 2021, 07:39 WIB
Webinar yang mengusung tema “Inovasi & Digitalisasi: Solusi
Kebangkitan Ekonomi”

Denpasar – Bank Indonesia terus mendorong penggunaan inovasi-inovasi
berbasis digital dalam pengembangan kewirausahaan atau enterpreneurship di
kalangan kaum muda milenial.

Hal itu disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno
Nugroho saat membuka Seminar dengan narasumber Luh Putu Mahyuni, Ph.D., selaku
dosen FEB UNDIKNAS dan Agustina Samara selaku praktisi dari DANA, Kamis
(18/2/2021).

Trisno menyambut baik pelaksanaan webinar yang mengusung tema “Inovasi &
Digitalisasi: Solusi Kebangkitan Ekonomi” yang sangat relevan dengan kondisi
saat ini.

Ditengah pandemi ini, seluruh lapisan masyarakat terutama generasi milenial
harus mampu beradaptasi dengan tatanan hidup baru serta mampu menciptakan
inovasi-inovasi khususnya yang berbasis digital guna mendorong roda
perekonomian agar dapat bangkit kembali.

Covid-19 telah menyebabkan perekonomian nasional mengalami kontraksi yang
dalam, pertumbuhan ekonomi nasional pada keseluruhan tahun 2020 tercatat
terkontraksi sebesar -2,07% (yoy).

Adapun Bali sebagai penyumbang devisa pariwisata nasional terbesar menjadi
provinsi yang paling terdampak dengan angka pertumbuhan ekonomi pada tahun
2020 sebesar -9,31% (yoy).

Meskipun demikian apabila dilihat perkembangan triwulanannya, pada triwulan IV
tahun 2020 mulai terjadi tren pemulihan pertumbuhan ekonomi baik nasional dan
Bali yang membaik masing-masing sebesar 1.30% (qtq) dan 0.94% (qtq).

Adapun pemulihan ini selain merupakan hasil dari upaya penanganan Covid-19
yang dilakukan berbagai pihak, juga merupakan bukti bahwa masyarakat kini
mulai mampu beradaptasi dengan kebiasaan perilaku baru yang sesuai dengan
kondisi saat ini.

“Kita semua tentu sepakat bahwa pembatasan mobilitas manusia di tengah pandemi
Covid-19 telah mendorong pergeseran perilaku menjadi serba digital, dengan
peralihan kegiatan yang dulunya mayoritas offline menjadi online.

“Pada saat ini seluruh generasi terutama generasi milenial telah menjadi
semakin akrab dengan digitalisasi.

Sebut saja berbagai e-commerce lokal hingga mancanegara, aplikasi sosial
media, aplikasi jasa pembayaran, aplikasi ticketing, aplikasi hiburan,
aplikasi logistik, investasi, hingga aplikasi virtual meeting seperti webinar
yang sedang kita lakukan sudah sangat melekat di kehidupan sehari-hari kita
semua.

Indonesia merupakan pasar besar dan sangat potensial untuk menyerap arus
digitalisasi.

Merujuk pada data riset “We Are Social (2020)”, penetrasi penggunaan
smartphone, internet dan sosial media di Indonesia jauh lebih besar
dibandingkan dengan negara berpopulasi besar lainnya dengan jumlah generasi
milenials yang cukup dominan.

Selain itu, saat ini jumlah start up digital sudah sangat besar jumlahnya di
Indonesia mencapai 2.196 start up dan 5 diantaranya adalah Unicorn. Indonesia
sendiri menurut riset Mckensi disebut sebagai the fastest growing country in
digital economy.

Pergeseran perilaku menjadi serba digital yang dibarengi dengan potensi
digitalisasi yang tinggi memunculkan berbagai inovasi-inovasi layanan digital
di berbagai sektor ekonomi.

Contohnya seperti “banking from home” is the new banking model, semua pihak
mengakses layanan perbankan secara nir sentuh dari mana saja dan kapan saja.

Muncul taxi delivery grocery, fuel on delivery, contactless services, resto at
home hingga supermarket booking spot.

Semua inovasi-inovasi digital ini memerlukan dukungan sistem pembayaran
melalui penguatan digital payment from offline to online payment yang berbasis
nir sentuh yang sesuai dengan rekomendasi WHO seperti QRIS (QR Code Indonesian
Standard).

Salah satu kebijakan Bank Indonesia yang mendukung akselerasi sistem
pembayaran nontunai berbasis digital adalah QRIS (Quick Response Code
Indonesian Standard) dengan prinsip CeMuMuAH (cepat, mudah, murah, aman dan
handal).

QRIS bukanlah aplikasi, melainkan kebijakan standarisasi QR Code Pembayaran
sehingga satu QR dapat dibaca oleh semua aplikasi. Implementasi QRIS
terakselerasi sangat cepat sejalan dengan inovasi model-model bisnis yang
bergeser dari offline to online.

Selain itu, QRIS juga semakin memudahkan masyarakat baik merchant maupun buyer
karena cukup memiliki satu aplikasi dengan cukup satu sumber dana pembayaran.

QRIS sebagai cara bayar nirsentuh telah mengalami akselerasi yang sangat cepat
sejalan dengan inovasi digitalisasi yang bergeser mengikuti prinsip
cleanliness, health, safety, and environmental (CHSE), karena tidak
membutuhkan kontak fisik baik langsung maupun tidak langsung (tanpa tatap
muka) dalam prosesnya.

Dengan QRIS diharapkan dapat semakin meningkatkan efisiensi dan efektivitas
dari proses bisnis yang ada sehingga akan berdampak pada percepatan
kebangkitan geliat perekonomian Bali.

Per posisi 11 Februari 2021, jumlah merchant yang sudah menerapkan
digitalisasi pembayaran berbasis QRIS di Provinsi Bali tercatat sebanyak
187.043 merchant, atau meningkat 633% bila dibandingkan dengan tahun 2020.

Ekspansi jumlah merchant tersebut mampu meningkatkan penggunaan transaksi
digital berbasis QRIS di masyarakat dengan jumlah transaksi lebih dari 269
ribu kali transaksi dengan nominal mencapai Rp 22,72 miliar pada akhir
Desember 2020 di mana 70% berasal dari transaksi pada usaha mikro, kecil dan
menengah.

Saat ini, wilayah Bali menjadi Provinsi ke-8 dengan jumlah merchant terbesar
di Indonesia dan hal ini saya yakini akan terus meningkat terutama dalam
tatanan hidup era baru saat ini.

Trisno menyampaika, adanya pandemi Covid-19 telah membuat transformasi digital
semakin tidak terbendung dan tidak terhindarkan, sehingga digitalization
menjadi keharusan.

“Secara khusus kami ingin mengajak para Mahasiswa dan Mahasiswi untuk merespon
digitalisasi dengan positif termasuk didalamnya penggunaan QRIS sebagai alat
pembayaran dalam berbagai kegiatan di kampus perguruan tinggi dan di
masyarakat dalam kegiatan sehari-hari,” ajaknya.

Pihaknya mendorong penggunaan inovasi-inovasi berbasis digital dalam
pengembangan Enterpreneurship di kalangan generasi Milenial untuk masa depan.

“Kami berharap seluruh civitas akademika UNDIKNAS dapat menjadi penggerak
perubahan dan menjadi duta digitalisasi termasuk QRIS di seluruh lapisan
masyarakat,” demikian Trisno. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini