Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho/Dok.BI Bali |
Denpasar – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno
Nugroho menyatakan perubahan perilaku dalam bertransaksi dengan memanfaatkan
transformasi digital menjadi kunci utama dalam percepatan pemulihan ekonomi.
Trisno menyampaikan itu saat Festival Ekonomi Keuangan Daerah (FEKDI) 2021
Wilayah Bali, mengambil tema “Gaya Hidup Digital Menuju Bali Bangkit”
berlangsung 27-29 April 2021.
Covid-19 telah menyebabkan perekonomian Bali terkontraksi sangat dalam dan
menjadi provinsi yang paling terdampak dengan angka pertumbuhan ekonomi tahun
2020 sebesar -9,31% (yoy).
Salah satu upaya pemulihan ekonomi Bali yang dapat dilakukan adalah melalui
penyelenggaraan acara rangkaian FEKDI 2021.
Rangkaian FEKDI ini bertujuan menginspirasi dan memotivasi perubahan pola
pikir, sikap dan perilaku masyarakat terhadap digitalisasi, meningkatkan
awareness terhadap Cinta Bangga dan Paham Rupiah di era digital.
“Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat mengenai cara
bertransaksi digital yang aman,” tuturnya.
Pembatasan mobilitas manusia di tengah pandemi Covid-19 telah mendorong
pergeseran perilaku menjadi serba digital, dengan peralihan kegiatan yang
dulunya mayoritas offline menjadi online.
Pada saat ini seluruh generasi terutama generasi milenial telah menjadi
semakin akrab dengan digitalisasi.
Sebut saja berbagai e-commerce lokal hingga mancanegara, aplikasi sosial
media, aplikasi jasa pembayaran, aplikasi ticketing, aplikasi hiburan,
aplikasi logistik, investasi, hingga aplikasi virtual meeting seperti webinar
yang sedang kita lakukan sudah sangat melekat di kehidupan sehari-hari kita
semua.
Salah satu kebijakan Bank Indonesia yang mendukung akselerasi sistem
pembayaran nontunai berbasis digital adalah QRIS yaitu sebuah kebijakan
standarisasi QR Code Pembayaran sehingga satu QR dapat dibaca oleh semua
aplikasi pembayaran.
“Di wilayah Bali, QRIS yang CeMuMuAH (Cepat, Mudah, Murah, Aman dan Handal),
sangat cepat progresnya dan masuk kedalam peringkat 7 besar Nasional.
“Per 16 April 2021, 206.811 merchant di Bali telah merasakan manfaat
menggunakan QRIS, dan dalam 2 (dua) bulan, Januari – Februari 2021, tercatat
total transaksinya sebanyak 353 Ribu transaksi dengan nominal mencapai
Rp 35,51 Miliar.
Tingginya pemanfaatan teknologi terutama dalam bidang sistem pembayaran turut
membawa risiko yang beragam dan kompleks.
Terdapat fenomena berbagai kasus kejahatan siber yang menimpa industry
keuangan di tanah air dengan modus operandi yang semakin beragam antara lain
kasus skimming, email phising, Man in the Middle Attack dan SIM Card swap.
Dalam merespon hal tersebut dan sebagai salah satu upaya memperkuat
perlindungan konsumen sistem pembayaran, maka Bank Indonesia melalui
penyelenggaraan web seminar ini diharapkan dapat membantu meningkatkan
pemahaman masyarakat Bali mengenai cara bertransaksi keuangan yang aman.
Di era digitalisasi yang bergerak sangat cepat dan dengan keberagaman
instrumen pembayaran digital, satu hal yang perlu kita pahami bersama bahwa
Rupiah tetap merupakan satu-satunya alat pembayaran yang sah di Indonesia.
Pemahaman ini merupakan bentuk kebanggaan kita terhadap Rupiah selain sebagai
alat pembayaran yang sah, juga sebagai simbol kedaulatan NKRI dan alat
pemersatu bangsa.
Dengan melihat posisi penting Rupiah dalam kehidupan bernegara di Indonesia di
segala bidang, maka Bank Indonesia menghimbau dan mengajak seluruh masyarakat
Indonesia untuk Cinta, Bangga dan Paham Rupiah.
Bentuk Cinta Rupiah diwujudkan dalam kemampuan masyarakat untuk mengenal
karakteristik dan desain Rupiah, memperlakukan Rupiah secara tepat, dan
menjaga dirinya dari kejahatan uang palsu.
Kebanggaan akan Rupiah ditunjukkan dengan menjaga kedaulatan Rupiah sebagai
symbol negara, berdaulat, menggunakan dalam setiap transaksi, dan memaknai
sebagai alat pemersatu Bangsa.
Dan yang terakhir adalah Paham Rupiah, dimana masyarakat diharapkan paham
berperilaku sesuai dengan fungsi Rupiah dalam rangka melakukan transaksi
pembayaran, membelanjakan Rupiah dan mengoptimalkan nilai Rupiah.
“Optimisme harus tetap dijaga dan momentum dimanfaatkan. Perubahan perilaku
dalam bertransaksi dengan memanfaatkan transformasi digital menjadi kunci
utama dalam percepatan pemulihan ekonomi,” katanya mengingatkan.
Pemahaman yang memadai dalam bertransaksi untuk menghindarkan diri dari
potensi risiko yang mungkin timbul dari pemanfaatan teknologi, juga penting
ditekankan.
Sejumlah tokoh menjadi narasumber yakni Gubernur Bali Wayan Koster, I Gusti
Agung Rai Wirajaya, Anggota Komisi XI DPR RI Filianingsih Hendarta, Asisten
Gubernur – Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia,
Marlison Hakim, Direktur Eksekutif – Departemen Pengelolaan Uang Bank
Indonesia, Kombes Pol Yuliar Kus Nugroho, Direktur Reskrimsus Polda Bali.
(rhm)