![]() |
Ekonom Ahli Kantor Bank Indonesia Perwakilan Bali,S Donny H Heatubun, saat Capacity Building Media BI , di Denpasar Rabu (29/9/2021) |
Denpasar – Sektor UMKM yang selama ini bergandengan dengan sektor pariwisata di Bali masih ada yang mampu bertahan sebanyak 12,5 % sedangkan sisanya 87 persen terdampak pandemi Covid-19.
Ekonom Ahli Kantor Bank Indonesia Perwakilan Bali,S Donny H Heatubun mengatakan angka 12,5 % ini, cukup besar, di saat sektor pariwisata Bali kolap.
“Masih ada pelaku UMKM mampu bertahan untuk tetap survive menjalankan usaha mereka dengan berbagai cara seperti menggalakan usaha dengan memanfaatkan Digitalisasi dalam pemasaran,” Jika dihitung dari sekitar 2.600 pelaku UMKM di Bali, maka 370 diantaranya, sudah beradaptif ditengah turunnya ekonomi Bali,akibat Pandemi, “ jelas Donny, dalam acara Capacity Building Media, di Denpasar Rabu ( 29/9/2021).
Bank Indonesia, aktif membina 32 UMKM, terdiri atas 8 UMKM dengan program volatile food, 22 UMKM program berorientasi ekspor, dan 2 UMKM dengan program pengembangan ekonomi berbasis keagamaan, juga terus mendekatkan UMKM dengan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dalam rangka mendukung program pemulihan ekonomi dan pengembangan UMKM.
Pendemi telah mengajarkan masyarakat khususnya dunia usaha untuk lebih inovasi, dan kreatif mengembangkan usaha baik,desain produkdan pemasaran.
“Kebijakaan pemerintah yang membatasi mobilitas masyarakat untuk memutus mata rantai penularan Covid-19 yang berlangsung 1,6 tahun ini berdampak pada penurunan pendapatan dan perdagangan ritel dan micro UMKM, “ jelas Donny Heatubun.
Jika sebelum Pandemi, jumlah UMKM di Indonesia sekitar 64,2 juta, berperan strategis dalam pengendalian Inflasi dan PDB ditahun 2018,hingga mencapai 57,24 % UMKM di Indonesia yang berjumlah sekitar 64,2 juta memiliki peranan strategis dalam pengendalian inflasi.
Kontribusi UMKM terhadap PDB pada 2018 mencapai 57, 24 persen. Dalam indikator makroekonomi peran UMKM sangat signifikan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 97,05% (116,97 juta tenaga kerja) dan ekspor non Migas, UMKM di angka 14,37% (Rp293.840,9 miliar).
Banyak hal dihadapi UMKM seperti modal, daya saing, akses dan bahan baku sehingga untuk membangkikan kembali UMKM yang nyaris kolap ini, BI ada 18 lembaga dan institusi yang UMKM berkomitmen bersinergi dan kolaborasi serta satu kata untuk memulihkan kembali UMKM. (rhm)