BI Ungkap Keberhasilan Panen Padi Semi Organik di Gianyar

2 Juni 2016, 06:32 WIB

panen%2Bklaster%2Bpadi%2Bbi

Kabarnusa.com
Hasil pengembangan budidaya tanaman padi dengan teknik System of Rice
Intensification (SRI) dikombinasikan dengan Jajar Legowo 2:1 yang
didorong Bank Indonesia akhirnya mulai bisa dilakukan panen raya.

Sejak
ditanam 26 Februari 2016 yang dilakukan Deputi Gubernur BI, Wakil
Gubernur Provinsi Bali, Pangdam IX/Udayana, Kapolda Provinsi Bali dan
Bupati Gianyar, kini padi semi organik itu mulai membuahkan hasil.

Hal itu  sebagai wujud kepedulian terhadap upaya meningkatkan kesejahteraan petani dan mewujudkan ketahanan pangan.

“Pada
akhirnya mampu mengendalikan inflasi yang bersumber dari kelompok
volatile food khususnya beras,” kata Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank
INdonesia (BI) Provinsi Bali Dewi Setyowati dalam sambutannya pada
panen raya padi perlakuan organik di Subak Getas Kabupaten Gianyar Rabu 1
Juni 2016 sore.

Dikatakan, panen padi ini merupakan kerja sama
dan sinergi KPw BI Provinsi Bali, Pemerintah Provinsi Bali, Pemerintah
Kabupaten Gianyar dan Kodim 1616/Gianyar.

Salah satu upaya KPw
BI Provinsi Bali lewat bantek budidaya tanaman padi dengan teknik System
of Rice Intensification (SRI) yang dikombinasikan dengan Jajar Legowo
2:1.

Demikian juga penggunaan pupuk organik berbasis MA-11.

Tujuannya,
mendorong dan memotivasi petani untuk terus menekuni bidang pertanian.
Mengubah pola tanam lama yang bersifat full-kimia untuk berangsur
kembali ke pola tanam semi-organik.

Untuk selanjutnya diharapkan dapat menuju kepada sistem tanam padi yang full-organik.

Dewi
melanjutkan, pengembangan padi semi-organik di Subak Getas ini juga
merupakan replikasi dari keberhasilan pengembangan Klaster Padi
Semi-Organik KTTI Pulagan yang telah berhasil meningkatkan hasil panen
dan mengembalikan kesuburan serta unsur hara tanah.

Hal ini
dibuktikan dengan meningkatnya hasil panen secara bertahap dari
sebelumnya rata-rata 5,5 ton/Ha meningkat menjadi rata-rata 7,8 ton/Ha
pada tahap I.

Kemudian, meningkat lagi menjadi rata-rata 9,4
ton/Ha pada tahap II. Disamping itu, yang lebih utama adalah pulih
kembalinya unsur hara tanah dan ekosistem sawah seperti cacing dan
belut. (rhm)

Artikel Lainnya

Terkini