Hal ini didorong oleh komponen pembentuk IEK, terutama pada Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha 6 bulan mendatang yang tumbuh 2,33% (mtm) menjadi sebesar 154,0, dan Indeks Ekspektasi Penghasilan yang tumbuh 3,14% (mtm) menjadi sebesar 148,0.
Pada sisi lain, keyakinan konsumen tertahan Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini (IKE) yang melambat 1,74% mtm dari 133,83 menjadi 131,50.
Hal ini disebabkan komponen pembentuk IKE yakni Indeks Penghasilan Saat Ini dibandingkan 6 bulan yang lalu tercatat turun 1,78% (mtm) menjadi sebesar 138,0.
Gandeng Kemenag Denpasar, LPP Kerobokan Lakukan Pembinaan Agama Islam bagi Napi Perempuan
Demikian pula pada indeks konsumsi barang tahan lama dibandingkan 6 bulan yang lalu tercatat turun 6,10% (mtm) menjadi 115,00. Meskipun demikian, secara umum capaian tersebut masih berada pada zona optimis.
Ekspektasi konsumen yang tetap terjaga di masa mendatang mempengaruhi perkembangan konsumsi
rumah tangga ke depan, perkembangan investasi, meningkatnya produktivitas dan daya saing serta membuka peluang mendorong pertumbuhan ekonomi Bali yang tetap kuat.
Hal ini tetap perlu diiringi dengan sejumlah langkah untuk menjaga daya beli masyarakat.
Karenanya, Bank Indonesia bersama Pemerintah Provinsi Bali melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota se-Bali terus berkoordinasi mengawal stabilitas pasokan dan harga komoditas.
Kembangkan Climate Risk Management Sektor Perbankan, OJK Perkuat Kemitraan Bersama Kedutaan Australia dan Prospera
Semua itu, kata Erwin Soeriadimadja guna menjaga tingkat inflasi Provinsi Bali tetap pada rentang kisaran target 2,5%1%. ***