Bisnis Kuliner Menjanjikan, Bekraf Pertemukan Pelaku Startup dan Investor

17 Mei 2017, 19:46 WIB
Deputi Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo

BADUNG – Perkembangan bisnis kuliner rintisan kian menjanjikan karenanya Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) berupaya mempertemukan pelaku bisnis startup bidang kuliner dengan kalangan investor maupun ahli kuliner berpengalaman untuk pengembangan bisnis mereka.

Deputi Akses Permodalan Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) Fadjar Hutomo mengungkapkan, usaha kuliner yang mendapat sentuhan manajemen dan ide-ide kreatif, terus berkembang sebagai bagian dari industri kreatif.

Melansir data Kementerian Koperasi dan UKM, diketahui bisnis kuliner memberi kontribusi terbesar pada sektor ekonomi kreatif. “34 persen PDB sektor ekonomi kreatif berasal dari sub sektor kuliner,” sebut Fadjar didampingi Kepala Sub-Direktorat Dana Masyarakat Bekraf Hanifah Makarim, di Nusa Dua, Rabu (16/5/17).

Dijelaskan, tahun 2015, PDB sektor ekonomi kreatif tercatat Rp 700 triliun atau meningkat Rp 100 Triliun menjadi Rp 800 triliun pada tahun 2016.

“Berdasar total jumlah itu, 34 persen disumbangkan subsektor kuliner,” ujarnya dalam Demoday Food Startup Indonesia (FSI) Tahun 2017 yang digelar 22-24 Mei 2017 di Bali. Karennanya, lewat FSI 2017, Bekraf ingin memperluas akses pasar bagi pelaku usaha kuliner rintisan termasuk mempertemukan mereka dengan para investor.

Bekraf memberikan fasilitas untuk para pelaku ekonomi kreatif khususnya kuliner dalam hal ini food startup terkait ekosistem, networking, pemasaran, HKI serta pengembangan produk supaya kualitas produk mereka meningkat.

“Harapannya, mereka juga mendapatkan dukungan permodalan dari investor,” jelas Fadjar. Tentu saja, pelaku bisnis rintisan ini lebih tepat dengan investor dalam bentuk kerja sama permodalan dibanding dengan perbankan.

Pasalnya, jika dengan akses perbankan mensyaratkan berbagai jaminan sebagai agunan, sesuatu hal yang sulit dilakukan para pelaku startup kuliner. Karena itulah, lewat FSI ini, nantinya para peserta akan menyampaikan presentasi selama lima menit di hadapan tim penilaia yang nantinya akan menyampaikannya di hadapan investor.

Diketahui, Kompetisi akan diikuti 50 pelaku usaha kuliner pemula dari beberapa kota di Indonesia setelah mereka melakukan pendaftaran yang dibuka pada April hingga 7 Mei 2017. “Adapun kriteria bagi peserta adalah para pebisnis pemula tersebut minimal telah menggeluti usahanya satu hingga lima tahun,” jelas Hanifah Makarim.

Para pebisnis ini juga  memiliki ide kreatif, inovasi produk, model bisnis yang unggul, dan berpotensi menarik investor. Merka yang akan berkompetisi tersebut selanjutkan akan mengikuti talkshow terkait kuliner Indonesia dan mentoring.

Pada hari kedua akan terpilih 25 pelaku usaha pemula untuk selanjutnya akan mendapatkan pelatihan terkait fasilitasi hak kekayaan intelektual (HKI). Dari 25 pelaku itu kemudian akan diseleksi menjadi 10 yang selanjutnya akan berlaga di final di Jakarta pada September 2017.

Nantinya, kata Fadjar, para startup kuliner juga akan memamerkan produknya serta memperluas network.

Dijelaskannya, kuliner bukan semata soal makanan enak tetapi model bisnisnya dimana harus prospek agar nantinya mereka bisa diterima pasar. “Jadi yang juara satu belum jaminan kalau nantinya mereka bisa sukses merebut pasar,” jelasnya.

Terkait kehadiran investor, mereka bisa melakukan pendekatan langsung kepada pengusaha untuk diajak bekerja sama. Jika Investor tertarik dan melihat ada prospek bisnis, mereka dapat saling bekerja sama tanpa harus menjadi pemenang.

Startup Kuliner Demoday FSI Bali tercatat seperti Abang Sayur, Al-Abror, Bandar Samba, Bebek Pak Joss, Bronchips dan Chicken Tong.

Sedangkan para mentor di antaranya Direktur JIPA & Bareca Petrus Gandamana, Founder dan Co Founder Toko Bahan Kue Fortune Agrippina Aileen dan Hawati, Director PT Arion Ultima Kapital Mesaya Adiwijaya. Untuk investor yang diundang antara lain PMVD, PBMT Ventura dan Filantropi Indonesia. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini