BNPB Ingatkan Masyarakat Waspadai Cuaca Ekstrem Selama Peralihan Musim

28 September 2020, 06:36 WIB

Jakarta – Beberapa wilayah Indonesia berpotensi mengalami cuaca ekstrem
selama peralihan musim atau pancaroba di tahun ini. Hal tersebut juga telah
disampaikan oleh Badan Meteorologi, klimatologi dan Geofisika (BMKG) beberapa
waktu lalu.

Terkait dengan cuaca ekstrem ini, masyarakat diimbau untuk waspada dan siap
siaga terhadap potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir
bandang, tanah longsor dan angin kencang atau puting beliung. 

Bencana hidrometerologi tersebut masih dominan terjadi dengan dampak yang luar
biasa baik dari sisi korban jiwa maupun kerugian material.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati
mengatakan dalam menyikapi prakiraan cuaca ekstrem, pihaknya telah
menyampaikan arahan kepada (BPBD) di 27 provinsi pada Rabu (23/9/2020). 

Dikutip dari siaran pers pada 22 September 2020 lalu, BMKG menyebutkan bahwa
selama bulan September-Oktober ini, periode peralihan musim (pancaroba) dari
kemarau ke penghujan masih berlangsung di beberapa wilayah Indonesia, dimana
kondisi hujan tidak merata dapat terjadi dengan intensitas sedang hingga lebat
dalam durasi singkat.

Di sisi lain, Kepala BNPB Doni Monardo meminta Pusat Pengendali Operasi
(Pusdalops)-nya untuk memonitor dan melakukan koordinasi dengan pusdalops di
daerah, baik provinsi dan kabupaten serta kota. 

Berdasarkan peringatan dini cuaca, BMKG memprakirakan cuaca pada 28 September
2020 dengan potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat atau petir serta
angin kencang di beberapa wilayah. 

Wilayah tersebut yakni Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat
dan Papua.

Untuk wilayah yang berpotensi hujan dan dapat diikuti kilat atau petir serta
angin kencang yaitu Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Lampung dan Jawa
Barat. 

“Masyarakat di wilayah-wilayah tersebut dan berlokasi dekat dengan
sungai-sungai baik di bagian hulu hingga hilir serta wilayah berpotensi banjir
untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan,” tandas Raditya dalam siaran
pers , Minggu 27 September 2020.

Selain itu, pemukiman yang berdekatan dengan tebing atau di wilayah perbukitan
untuk memantau kondisi lingkungan sekitar. Langkah pencegahan dini dibutuhkan
untuk mengantipasi dampak longsor yang dapat dipicu oleh curah hujan tinggi
mapun struktur tanah yang labil. 

Di tengah potensi bahaya hidrometeorologi ini, masyarakat juga diharapkan
untuk memperhatikan protokol Kesehatan apabila harus melakukan evakuasi. “Hal
itu dilakukan karena pandemi COVID-19 masih terjadi berbagai wilayah,”
demikian Raditya. (rhm

Berita Lainnya

Terkini