BNPB Temukan Bendungan Alami Diduga Jebol Akibatkan Banjir Bandang Kota Batu

7 November 2021, 12:44 WIB

 

AVvXsEj MIAPo2 fFdoeIu9yTtcahrxqrg94KgH2IDmM51qjU f9Msah3fxNTGUAqvYtaRFyfFKtwzOra1TREO7reXc9MWEiHKvVsJI8J44aljYwrwxly5 tqnqBL60CpKiZmV08D9 BqdmDPeBZNdugFuBKJ8w2mdGKrSslYCwPRAv5Po3vZk7d6WR4oTqF
BNPB melakukan survei dari banjir bandang di Kota Batu./Dok.BPBD Kota Batu.

Jakarta– Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan pengamatan visual dari heli yang terbang rendah menemukan adanya Bendungan alami diduga jebol dan tidak kuat menahan debit air setelah hujan dengan intensitas tinggi .

Hasil survei lain di bagian hilir, didapatkan pula data visual yang menunjukkan bahwa di sepanjang bantaran sungai terdapat perkebunan semusim yang melebar hingga di tebing sungai.

“Dari pengamatan melalui udara tersebut tampak jelas bahwa perkebunan itu mengalami kerusakan seperti meleleh karena tergerus air hujan dengan intensitas tinggi. “ ujar Abdul Muhari Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB dilanari dari siaran pers,minggu (7/11/2021).

Di samping itu, jenis vegetasi yang ditanam tidak memiliki akar yang kuat untuk mengikat tanah dan menyerap air.

Ketika ada debit air yang cukup besar dari wilayah hulu, maka lelehan atau longsoran di wilayah tengah dan hilir akan menambah kontribusi sedimen. Sehingga ketika sampai di pemukiman warga ketebalan lumpur menjadi sangat besar.

Melihat data hasil survey udara dan analisis sementara banjir bandang di Kota Batu, maka BNPB memberikan beberapa rekomendasi.

Adapun yang pertama BNPB mengingatkan kembali adanya fenomena La Nina hingga Februari 2022. Fenomena tersebut menurut BMKG bisa memicu terjadinya peningkatan frekuensi dan intensitas curah hujan dari 20% hingga 70%.

Kedua, mengingat masih banyak terlihat pohon-pohon tumbang di lokasi bekas longsoran di hulu, diperlukan adanya giat susur sungai dengan instansi yang berpengalaman seperti TNI, Polri, Basarnas.

Sebab hal itu menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan guna melihat di mana saja titik-titik potensi sumbatan atau bendung alam di wilayah hulu.

Kegiatan susur sungai ini harus diikuti dengan pembersihan sisa-sisa pohon tumbang di wilayah hulu, sebab hal itu masih berpotensi menghambat atau membendung aliran.

BNPB juga merekomendasikan agar wilayah lereng tebing atau kawasan kebun semusim lainnya ditanami dengan jenis vegetasi yang keras dan berakar kuat. Sehingga dapat mengikat tanah dan mencegah terjadinya longsoran.

Selain itu, BNPB juga merekomendasikan agar pemanfaatan lereng jalur lembah sungai untuk perkebunan semusim sebaiknya dapat dihindari.  Dalam hal ini, pemerintah Kota Batu bisa mengacu kepada aturan penggunaan lahan sepanjang sempadan sungai.

Lereng terjal dengan tingkat kemiringan hingga 30 derajat sebaiknya ditanami vetiver, yakni jenis tumbuhan yang memiliki akar kuat dan dapat mengikat tanah.

Rekomendasi terakhir adalah kesiapsiagaan masyarakat harus ditingkatkan, khususnya saat terjadi hujan deras.

BNPB selalu menyampaikan bahwa jika terjadi kondisi hujan sangat deras secara menerus selama 1 jam, jarak pandang terbatas hanya 30 m, maka masyarakat yang tinggal di sekitar lereng tebing dan di daerah rendah sepanjang aliran sungai agar evakuasi sementara ke tempat yang lebih aman.(Miftach Alifi)

Berita Lainnya

Terkini