![]() |
Presiden Joko Widodo membuka Munas Kahmi di Medan |
MEDAN – Presiden Joko Widodo mengaku berbahagia bisa hadir di tengah-tengah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) yang menggelar Munas ke-10 di Hotel Santika, Medan, Sumatra Utara.
Munas dihelat selama tiga hari, Jumat hingga Minggu (17-19/11) dihadiri pengurus Majelis Wilayah (MW) KAHMI di 34 provinsi dan 415 Majelis Daerah (MD) di Kabupaten atau kota.
Saat membuka Munas, Kepala Negara didampingi Koordinator Presidium Majelis Nasional KAHMI Mahfud MD dan tokoh KAHMI Akbar Tanjung mengaku senang bisa hadir di acara tersebut.
“Ke Sumatra Utara makan durian. Air kelapa diminum pagi. Sangat berbahagia datang ke Medan. Bisa bersama saudara-saudara bermunas KAHMI,” ucap Jokowi. Pantun yang dilontarkan Jokowi membuat ribuan hadirin baik pengurus, maupun anggota KAHMI seluruh Indonesia.
Gordang sambilan dan alat musik khas Mandailing ditabuh menandai pembukaan Munas yang dihadiri pula Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua DPD RI Oesman Sapto Odang dan Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi.
Dalam kesempatan itu, Gubernur Tengku Erry juga turut melantunkan pantun.
Dihadapan KAHMI, Jokowi menegaskan, perubahan saat ini semakin cepat terjadi. Hal ini membuat peta politik dan ekonomi global berubah. Perubahan tersebut berdampak kepada perpolitikan dan perekonomian nasional serta menjadi tantangan Indonesia.
“Sama seperti kita, negara lain bingung mengantisipasi, karena kecepatan teknologi lebih dari yang kita perkirakan. Ini pekerjaan besar kita dan harus kita antisipasi,” jelas Jokowi.
Hal ini akan mengubah perilaku sosial masyarakat jika tidak segera diperkuat pembangunan SDA dengan nilai agama, budaya dan keindonesiaan yang dimiliki.
Koordinator Presidium KAHMiI Mahfud menilai pidato Presiden Jokowi cukup bagus termasuk rencana untuk meningkatkan kerja sama Indonesia dengan negara-negara Timur Tengah.
“Saya kira bagus itu, adanya kesamaan sosial keagaman antara Indonesia dan Timur Tengah meskipun gerakannya tidak harus sama,” ucapnya.
Secara keagamaan memiliki kesamaan sehingga cukup bagus untuk meningkatkan kerja sama dengan negara mana. “Yang penting, asalkan Ideologi kita jangan tergerus,” demikian Mahfud. (rhm)