Perupa Sasya Tranggono dan karnya dipamerkan di Hotel W, Seminyak, Kuta, 4/1/2013 (Foto: Kabarnusa) |
Kabarnusa.com, Denpasar – Banyak cara dilakukan untuk melestarikan warisan budaya nenek moyang seperti peninggalan wayang sebagaimana dilakukan perupa Sasya Tranggono. Tidak hanya banyak menelorkan karya lukisan wayang namun dia juga aktif berpameran di luar negeri untuk mengenalkan wayang sebagai warisan budaya Indonesia.
Hingga kini, sudah ada sekira 200 lebih karya wanita kelahiran 25 Desember 1963 yang sudah menancapkan diri sebagai seniman lukis 20 tahun lamannya.
Ada tiga tema utama yang senantiasa mennghiasai karya-karyanya yakni bunga, wayang dan kupu-kupu.
“Saya mengusung karya bertemakan wayang, bunga, dan kupu-kupu yang mewakili ranah keindonesiaan dan merupakan bagian dari periodisasi penting kekaryaanya,” katanya di Hotel W, Seminyak, Kuta Sabtu (4/1/2014).
Dalam pameran tunggal untuk amal itu bertajuk “From Indonesia with Love” di Hotel W, properti supermewah di Bali .
Ppameran dan lelang amal ini didedikasikan kepada Bali Pink Ribbon Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang yang fokus melakukan kampanye kanker payudara di Bali.
Setelah itu, dia melanjutkan pameran amal digelar 23 Januari 2014 mendatang di Laguna Resort & Spa Nusa Dua yang hasilnya akan disumbangkan kepada Unicef.
Dia dikenal dunia kesenirupaan dan sedikit dari seniman perempuan yang kerap melakukan pameran tunggal di luar negeri.
Ia memilih judul pameran yang pernah ia pakai di Belanda, Singapura dan Malaysia, “From Indonesia with Love” dalam pameran di Bali yang dianggap Sasya sebagai pintu gerbang Indonesia ke dunia internasional.
Dia menjekaskan, Wayang dan bunga merupakan hasil karya Sasya di awal karirnya sebagai pelukis.
Setiap sosok wayang dalam karya Sasya seolah menerakan narasi dan filosofi yang terkandung dari seni tradisional tersebut.
Darah Jawa yang mengalir dalam dirinya membuat Sasya sangat memahami dan mendalami karakter wayang yang dituangkannya ke ataskanvas.
“Saya lebih banyak menghasilkan karya lukisan wayang, agar tidak lagi diklaim oleh Malaysia,” tuturnya.
Baginya, para tokoh wayang yang dilukisnya itu memberi banyak pelajaran dan nilai filosofi hidup bagi manusia hingga saat ini.
Sedangkan karya bertema bunga merupakan ungkapan rasa yang menggambarkan berbagai emosi dan keindahan hidup manusia.
Lukisan bunga merupakan ungkapan hati Sasya untuk berbagi kisah hidupnya. Tak salah jika dalam perjalanan berkarya itu Sasya juga terinspirasi kupu-kupu yang melengkapi kehidupan aneka bunga.
Pada lukisan-lukisan kupu-kupu Sasya mengekspresikan metamorfosis pelukis ini dengan sempurna.
Demikian juga, yang menggambarkan proses penempaan kehidupan pribadi Sasya.
Setiap goresan kuas menceritakan pergumulannya melewati masa suka-duka, senang-sedih mengarungi kehidupan. Dia banyak menghabiskan waktu hidupnya selama 12 tahun di luar negeri baik untuk studi maupun pengembangan karir dan bisnisnya.
Keindahan lukisannya bagi Sasya merupakan rahmat dan kasih Tuhan, serta kebanggaan terhadap putranya, Nicholas, yang pernah pameran kolaborasi dengan ibundanya.
“Hari ke hari Sasya terus berkarya dengan berbagai media baik di atas kertas, kanvas maupun kain sutera dengan cat air maupun cat minyak,” ucap pewaris kelompok bisnis kosmetik di bawah bendera Ristra.
Beberapa karya Sasya, telah menjadi koleksi tokoh di antaranya Presiden Megawati Soekarno putri, Joop Ave, Pramono Anung, Fuad Hassan, Hashim Djojohadikusumo, Hary Tanoesoedibjo, dan Ciputra.
Para tokoh manacanegara pun mengoleksi karyanya yakniPresiden Corazon Aquino (Filipina), Dato Tony Fernandez (Malaysia), penyanyi Daniel Sahuleka (Belanda), dan Lopes da Cruz (Portugal) dan tokoh-tokoh internasional lainnya. (rma)